kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspadai Potensi Terjadinya Profit Taking pada Beberapa Indeks Saham di Asia


Senin, 11 Maret 2024 / 17:44 WIB
Waspadai Potensi Terjadinya Profit Taking pada Beberapa Indeks Saham di Asia
ILUSTRASI. Bursa saham Asia. REUTERS/Issei Kato


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia hari ini, Senin (11/3) ditutup beragam. Analis mengantisipasi akan terjadinya profit taking pada beberapa indeks Asia, seiring dengan beberapa indeks yang cetak rekor tertingginya.

Melansir RTI, Senin (11/3) Nikkei 225 Index ditutup melemah 2,19% ke level 38.820 pada perdagangan hari ini. Sementara bursa saham Hang Seng bergerak menguat sebanyak 1,43% ke level 16.587.

Lalu bursa saham Shanghai juga bergerak menguat tipis sebanyak 0,74% ke level 3.068. Kemudian bursa Straits Times bergerak melemah sebanyak 0,28% menjadi 3.138.

Kemudian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tutup karena adanya perayaan Nyepi. IHSG pada perdagangan Jumat (8/3) ditutup menguat 0,11% atau 7,943 poin ke level 7.381,907.

Baca Juga: Bursa Saham Jepang Jatuh Lebih dari 2% Senin (11/3), Saham chip Merosot, Yen Menguat

Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan pekan ini pelaku pasar menantikan data Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan melanjutkan penurunan khususnya IHK inti.

"Investor dalam negeri ke depan cenderung berada pada mode wait & see karena belum menentunya agenda ekonomi pasca pilpres," kata Hans kepada Kontan.co.id, Senin (11/3).

Adapun faktor global akan lebih menentukan arah IHSG. Hans memprediksi IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 7.334 sampai level 7.238 dan resistance di level 7.416 sampai level 7.450.

Sementara pada pekan lalu bursa Asia didorong oleh adanya data AS yang menunjukkan tingkat pengangguran meningkat dan pertumbuhan upah melambat, mengindikasikan adanya perlambatan pasar tenaga kerja dan perekonomian AS. 

Hal ini meningkatkan potensi penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan Juni. Pasar juga merespons positif pernyataan ketua the Fed AS di depan Komite Perbankan Senat yang mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak akan terlalu lama jika inflasi bergerak berkelanjutan menuju 2%. 

Baca Juga: IHSG Berpeluang Melemah Terbatas Pekan Ini, Berikut Sederet Saham yang Bisa Ditimbang

Langkah China yang akan menerbitkan surat utang pemerintah pusat jangka panjang untuk meningkatkan stimulus fiskal bagi perekonomian China dianggap positif bagi perekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

Sementara Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan bisa lebih cepat menurunkan suku bunga acuan bila inflasi tetap rendah, rupiah menguat dan perekonomian Indonesia tetap kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×