Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street tumbang di awal perdagangan pekan ini. Senin (13/5), Dow Jones Industrial Average merosot 2,38% ke 25.324,99.
Indeks S&P 500 anjlok 2,41% ke 2.811,87. Nasdaq Composite bahkan terjun hingga 3,41% ke 7.647,02 dalam sehari.
Pasar saham terjerembap setelah China mengumumkan tarif balasan kepada Amerika Serikat (AS) yang Jumat (10/5) menaikkan tarif dari 10% menjadi 25% untuk US$ 200 miliar produk impor dari China. Kemarin, China mengatakan akan menerapkan tarif lebih tinggi pada US$ 60 miliar produk impor dari AS.
Ancaman kenaikan tarif ini muncul meski Presiden AS Donald Trump memperingatkan agar China tidak membalas kenaikan tarif yang diumumkan Jumat lalu. "Pasar menyadari bahwa ini adalah runtuhnya upaya pembicaraan dagang dan semuanya berbalik mundur,"kata Michael O'Rourke, chief market strategist JonesTrading kepada Reuters.
O'Rourke menambahkan, kondisi ini bisa menjadi lebih buruk. "Banyak ketidakpastian dan ini bisa memicu perlambatan ekonomi lebih jauh," kata dia.
Investor merespons kabar terakhir ini dengan memindahkan aset dari saham ke aset safe haven. Harga emas pun mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Yield US treasury turun ke level terendah dalam enam pekan, yang menunjukkan bahwa harga naik karena banyaknya permintaan.
Imbal hasil US treasury bertenor 10 tahun turun di bawah surat utang AS tiga bulan. Inversi imbal hasil yang menunjukkan bahwa imbal hasil tenor panjang lebih rendah daripada tenor pendek ini sering dilihat sebagai potensi resesi.
Sejumlah saham yang sensitif terhadap perdagangan AS-China menukik tajam pada perdagangan kemarin. Saham Boeing Co turun 4,9%. Saham Caterpillar Inc pun merosot 4,6%. Saham Philadelphia Chip turun 4,7% yang merupakan persentase penurunan terbesar sejak awal tahun.
Harga saham Apple Inc terjun hingga 5,8%. Apple mendapat dua kali hantaman, yakni perang dagang yang memanas serta keputusan Mahkamah Agung AS atas monopoli di app market pada iPhone. Penurunan juga terjadi pada saham Uber Technologies Inc yang baru IPO pada Jumat lalu. Harga saham taksi online ini tumbang hingga 10,8%. Emiten serupa, Lyft pun terkena tekanan jual sehingga harga sahamnya turun 5,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News