Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street bergerak tidak stabil pada Selasa (25/3) setelah laporan terbaru menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen, yang meredam optimisme investor terhadap kemungkinan pendekatan lebih lunak dari pemerintahan Trump terhadap kebijakan tarif.
Melansir Reuters, pukul 10:11 waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average turun 7,57 poin (0,02%) menjadi 42.575,75, sedangkan S&P 500 naik 6,47 poin (0,11%) menjadi 5.774,04, dan Nasdaq Composite menguat 26,42 poin (0,15%) ke level 18.215,02.
Enam dari sebelas sektor di S&P 500 mengalami pelemahan, dipimpin oleh sektor utilitas yang turun 1,6%. Di sisi lain, saham sektor energi naik 1% ke level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan terakhir.
Baca Juga: Kepercayaan Konsumen Amerika Serikat (AS) Terus Melemah pada Maret
Laporan dari The Conference Board menunjukkan bahwa indeks kepercayaan konsumen turun ke angka 92,9 pada Maret, di tengah kekhawatiran bahwa perang dagang global dapat memicu inflasi dan memperlambat ekonomi.
Para ekonom sebelumnya memperkirakan indeks ini berada di level 94.
Di sisi lain, pasar sempat mendapat sedikit dorongan setelah Presiden AS Donald Trump pada Senin (24/3) mengisyaratkan bahwa tidak semua tarif yang diusulkan akan diberlakukan pada 2 April mendatang.
Beberapa negara kemungkinan akan mendapatkan pengecualian, yang dipandang sebagai langkah strategis di tengah ketidakpastian pasar.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq sempat menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua minggu, didorong oleh reli saham perusahaan teknologi raksasa seperti Nvidia dan Tesla.
Namun, ketidakpastian mengenai strategi tarif Trump yang berubah-ubah tetap membebani sentimen pasar, dengan S&P 500 masih berada di jalur pelemahan tahunan.
Selain itu, muncul laporan mengenai kemungkinan penerapan kebijakan tarif dalam dua tahap yang akan dipertimbangkan pada minggu depan.
"Ini memang sinyal positif (dari kebijakan tarif Trump), tetapi yang pasti volatilitas masih akan tinggi. Kami tidak akan melakukan alokasi besar pada sektor tertentu berdasarkan narasi tarif dari AS hingga setidaknya 2 April," ujar Lale Akoner, analis pasar global senior di eToro.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Naik Tipis Selasa (25/3), Investor Cermati Kebijakan Tarif Trump
Tesla dan Sektor Properti Melemah
Menambah ketidakpastian pasar, lembaga pemeringkat Moody’s menyoroti bahwa kekuatan fiskal AS berada dalam tren pelemahan jangka panjang.
Saham Tesla turun 1,7% setelah sebelumnya melonjak 12% pada sesi perdagangan sebelumnya.
Meskipun pendaftaran kendaraan listrik di Eropa mengalami kenaikan secara keseluruhan, data bulan Februari menunjukkan bahwa pangsa pasar Tesla mengalami penurunan secara tahunan, menandai bulan kedua berturut-turut penurunan penjualan.
Indeks sektor properti dalam S&P 500 turun 1%, terdampak oleh anjloknya saham KB Home sebesar 7% setelah perusahaan konstruksi tersebut memangkas perkiraan pendapatan untuk tahun fiskal 2025.
Fokus Investor: Inflasi dan Kebijakan The Fed
Gubernur The Fed Adriana Kugler menyatakan bahwa kebijakan suku bunga bank sentral AS masih tetap ketat, namun kemajuan dalam menurunkan inflasi ke target 2% mengalami perlambatan.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Dow Jones dan Nasdaq Melonjak di Tengah Sinyal Positif Trump
Presiden The Fed Bank of New York John Williams, juga menambahkan bahwa rumah tangga dan perusahaan saat ini mengalami "ketidakpastian yang meningkat" terkait arah ekonomi ke depan.
Fokus utama pasar minggu ini adalah laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index, yang merupakan indikator inflasi utama yang dipantau oleh The Fed.
Sementara itu, saham McCormick & Company turun 1% setelah perusahaan makanan tersebut melaporkan laba kuartalan yang lebih rendah dari perkiraan.
Di sisi lain, saham CrowdStrike naik 4,5% setelah perusahaan pialang BTIG meningkatkan rekomendasinya dari "netral" menjadi "beli" untuk perusahaan keamanan siber tersebut.
Selanjutnya: PBHI Bersama 33 Tokoh Mengajukan Amicus Curiae dalam Perkara PK Alex Denni
Menarik Dibaca: Tes Kesehatan Otak Mudah dengan Aplikasi BrainEye
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News