Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Empat tahun sudah pertumbuhan ekonomi China mempimpin proses pemulihan ekonomi global dari resesi. Bahkan, banyak miliarder dunia yang mengangkat topi mereka karena kagum atas upaya pemerintah China dalam menggerakkan perekonomian domestik di tengah krisis. Sebut saja George Soros dan Joseph Stiglitz.
Namun, setelah empat tahun berjalan, pasar saham China mencatat penurunan terburuk di dunia. Investor yang menanamkan sahamnya di Negeri Panda itu mengalami kerugian paling besar jika dibandingkan dengan investor lain di dunia.
Asal tahu saja, data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, Shanghai Composite Index sudah terperosok 43% dari posisi tertingginya. Dampak dari penurunan itu adalah nilai kapitalisasi pasar Shanghai Composite ikut tergerus senilai US$ 748 miliar!
Hanya indeks acuan Yunani, ASE Index, yang mengalami penurunan sama. Bandingkan dengan pencapaian indeks Standard & Poor's 500 yang sudah menghapus seluruh penurunan dari resesi terburuk sejak Great Depression. Bahkan, sejak ekonomi China berada di posisi puncak, indeks acuan AS itu sudah meroket hingga 68% dan menembus rekor baru pada bulan ini.
Pada 2009, China terlihat tidak terkalahkan. Perekonomiannya melampaui Jerman sebagai negara dengan perekonomian ketiga terbesar dunia dan tumbuh 6% pada kuartal pertama. Padahal, pada saat yang bersamaan, ekonomi AS terkontraksi hingga 4%.
Kondisi berbeda terjadi saat ini di mana China mencatatkan pertumbuhan terlemah sejak 1990 seiring imbauan pemerintah setempat kepada 1.400 perusahaan untuk menutup pabriknya.
"Konsensus Beijing yang juga didukung oleh sejumlah pengamat Barat sebagai salah satu pasar ekonomi alternatif memang palsu. Sekarang, kita semua membayar hal tersebut," jelas Hao Hong, head of China research Bank of Communications Ltd yang berbasis di Hong Kong.
Tidak hanya itu sajam perusahaan-perusahaan China saat ini sudah terlempar dari posisi 10 pasar dengan market value terbesar dunia, untuk pertama kali sejak 2006 pada bulan Juni lalu. Sebelumnya, China sempat menduduki posisi lima besar untuk kategori yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News