Reporter: Barratut Taqiyyah, Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Investor asing sepertinya masih mencemaskan kondisi pasar finansial Indonesia. Terbukti, sejumlah investor asing memutuskan untuk menarik dananya dari pasar saham tanah air.
Data yang dihimpun eTrading Securities menunjukkan, investor asing tercatat melakukan net sell di pasar reguler sebesar Rp 1,82 triliun. Adapun saham yang paling banyak dijual adalah BBRI, BMRI, SMGR, BBCA, dan ASII.
"Secara teknikal, pelemahan IHSG hari ini menghasilkan gap down candlestick dengan pelemahan volume. Di mana indikator MACD menghasilkan sinyal deadcross pada teritori negatif dan stochastic menghasilkan sinyal bearish. Untuk esok hari diperkirakan IHSG masih akan melemah dengan level supportĀ di 4.220 dan resistanceĀ di 4.400," jelas Kepala Riset eTrading Securities Betrand Reynaldi.
Catatan saja, pada perdagangan hari ini, IHSG ditutup turun -255.14 poin (-5.58%) ke 4,313.52 dengan jumlah transaksi sebanyak 8,5 juta lot atau setara dengan Rp 6,4 triliun.
Sementara, posisi nilai tukar mata uang rupiah terdepresiasi ke level 10.533 per dollar AS.
Apakah ini kondisi yang mencemaskan?
Sebelumnya, pada penutupan sesi I, net sell asing mencapai Rp 900 miliar. Analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Sebab, nilai tersebut hampir 1,5 kali lipat dari posisi tekanan jual asing pada akhir pekan lalu, Jumat (16/8).
Menurut Satrio, jika dilihat, tekanan jual asing yang terjadi saat ini kecil. Namun, hal ini tetap harus diwaspadai.
"Maraknya tekanan jual penyebabnya adalah pidato RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Presiden kemarin. Sebab, asumsi-asumsi yang dikatakan pemerintah tidak benar karena jauh dari realitas yang ada. Hal ini mengakibatkan keraguan di pasar dan akhirnya melakukan aksi jual," ujar Satrio, Senin (19/8).
Menurut Satrio, net sell dana asing yang menandakan investasi pemodal asing jangka panjang sejak 2012 lalu, sudah sepenuhnya keluar dari pasar saham Indonesia. Selain itu, Satrio menilai sense of crisis pemerintah Indonesia sangat kurang. Sebab, dengan kondisi inflasi yang besar dan pelambatan ekonomi ini, ekspektasi pemerintah Indonesia masih tinggi.
"Yang belum diketahui, ini akan berlangsung dalam jangka panjang atau tidak," ujar Satrio.
Namun Kepala Divisi Investasi BNI Asset Management Abdullah Umar Baswedan mengatakan, net sell asing tidak perlu dikhawatirkan. Sebab menurutnya, penurunan IHSG masih terbilang wajar jika dilihat dari laporan inflasi, ditahannya tingkat suku bunga acuan perbankan atau BI Rate, juga laporan defisit neraca Bank Indonesia yang terbilang mengagetkan.
"Ini adalah dampak dari sebelumnya. Jadi keluarnya asing dari indeks, tidak perlu disikapi dengan panik. Indeks turun hingga 4.200 sebelumnya masih terbilang wajar," ujar Abdullah.
Menurut Abdullah, IHSG pernah didera dengan net sell asing yang lebih besar lagi. Saat IHSG tersungkur dari posisi 5.200 ke posisi 4.800, net sell asing mencapai triliunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News