kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Vonis Ahok berdampak kecil pada rupiah pekan ini


Jumat, 12 Mei 2017 / 19:19 WIB
Vonis Ahok berdampak kecil pada rupiah pekan ini


Reporter: Riska Rahman | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Vonis hukuman penjara 2 tahun yang diberikan kepada Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terbukti tidak memiliki dampak besar bagi pergerakan rupiah pekan ini. Setelah terpuruk di awal pekan, rupiah mampu kembali mengungguli the greenback di akhir pekan.

Di pasar spot, Jumat (12/5) rupiah tercatat menguat 0,12% ke level Rp 13.330 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Valuasi rupiah di pasar spot stagnan, mengingat di akhir pekan lalu rupiah ditutup di level yang sama.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,11% ke level Rp 13.340 per dollar AS dibanding hari sebelumnya dengan pergerakan yang melemah tipis mendekati 0,01% selama sepekan.

Menurut Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede, hukuman penjara yang dijatuhkan ke Ahok tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pelemahan rupiah. "Kalau dilihat, vonis Ahok ini kan seharusnya hanya membuat rupiah melemah terhadap dollar AS, namun nyatanya mata uang negara Asia lain juga ikut melemah," ujar Josua.

Menurutnya, pelemahan rupiah di awal pekan cenderung disebabkan oleh penguatan dollar AS terhadap mata uang utama dan pelemahan harga minyak dunia.

Meski ditutup menguat di akhir pekan, Josua melihat pergerakan rupiah pekan ini cenderung melemah. Faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah karena pidato beberapa pejabat The Fed sepanjang pekan ini. "Pidato mereka memperkuat sinyal kenaikan suku bunga The Fed bulan depan sehingga menjadi katalis positif bagi USD untuk menguat," kata Josua.

The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunganya Juni mendatang pasca positifnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang dirilis pekan lalu. Tingkat pengangguran yang turun menjadi 4,4% merupakan angka terendah sepanjang 10 tahun ke belakang.

Selain itu, data non-farm payroll pun menunjukkan terjadi peningkatan tenaga kerja swasta sebanyak 211.000 di bulan April. Kedua hal ini menjadikan The Fed semakin yakin untuk kembali meningkatkan tingkat suku bunganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×