Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tembakau PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP, anggota indeks Kompas100 ini) mencatatkan penurunan volume penjualan sebesar 3,7% pada kuartal I-2019. Volume penjualan HMSP menurun dari 23 miliar batang per kuartal I-2018 menjadi 22,1 miliar batang.
Berdasarkan laporan Philip Morris International (PMI), hal ini didorong oleh penurunan pangsa pasar HMSP secara tahunan dari 33,2% menjadi 32,2% per kuartal I-2019.
Penurunan ini disebabkan oleh total pasar yang lebih rendah dan selisih harga A Mild terhadap merek pesaing yang semakin besar setelah kenaikan harga pada Oktober 2018.
Sebagai informasi, penurunan volume penjualan HMSP lebih besar dari penurunan volume penjualan rokok secara industri secara tahunan. Per kuartal I-2019, volume penjualan industri rokok adalah sebesar 68,7 miliar batang, turun 0,8% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 69,3 miliar batang.
Penurunan secara industri ini disebabkan oleh pergerakan persediaan barang pada kuartal pertama 2019 menyusul absennya pajak cukai pada Januari 2019.
Presiden Direktur HMSP Mindaugas Trumpaitis mengatakan, pasar HMSP pada kuartal pertama tahun ini masih sedikit tertekan. Menurut dia, hal ini disebabkan oleh tren konsumen saat ini yang mencari produk dengan harga yang lebih murah.
Meskipun begitu, HMSP melihat, produk dengan kadar tar tinggi kembali meningkat pada kuartal I-2019. “Segmen produk dengan kadar tar rendah masih tumbuh. Produk kadar tar tinggi tadinya turun tapi sekarang tumbuh melebihi kadar tar rendah,” kata dia Kamis, (9/5).
Merujuk data yang dipaparkan HMSP pada Kamis (9/5) di Jakarta, pangsa pasar sigaret kretek mesin (SKM) dengan kadar tar tinggi meningkat dari 38,5% per 2018 menjadi 40,2% per kuartal I-2019. Sebaliknya, SKM dengan kadar tar rendah menurun dari 39,2% per 2018 menjadi 37,7% per Maret 2019.
Oleh karena itu, untuk tetap menjaga pangsa pasar yang sudah ada saat ini dan menjaga volume penjualan, HMSP merilis produk kandungan tar tinggi dengan harga terjangkau.
HMSP meluncurkan Philip Morris Bold, rokok dengan kadar tar tinggi yang menyasar segmen harga rendah pada Maret lalu.
“Hasilnya kuat. Pasarnya juga naik tiga kali lipat. Kami optimis akan bisa menjangkau dan meningkatkan posisi kami di segmen pasar harga rendah,” kata Mindaugas.
Perusahaan ini juga akan meningkatkan penjualan dari segi ekspor. Mindaugas optimistis ekspor perusahaannya bisa tumbuh karena HSMP mulai mengoperasikan pabrik baru di Karawang pada tahun lalu.
Di samping itu, perusahaan ini juga membuka pasar ekspor baru ke Jepang yang menggenapkan negara tujuan ekspor HMSP menjadi 40 negara.
HMSP juga tengah melakukan uji pasar di dalam negeri untuk produk rokok elektronik IQOS. Perusahaan ini baru saja merilis produk tersebut pada Maret lalu. Hal ini dilakukan untuk melihat kebiasaan konsumen dalam mengonsumsi rokok aerosol tersebut.
Mulai dari preferensi kandungan yang disukai, pesan komprehensif dari produk tersebut, hingga pemahaman konsumen terhadap produk ini. “Masih dalam tahap pembelajaran. Dari hasil pembelajaran tersebut, kami akan memutuskan akan ekspansi atau tidak,” ucap Mindaugas.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya melihat produk ini tidak terlalu komersial untuk dipasarkan dalam skala besar. Oleh karena itu, HMSP bakal mempelajari pasarnya terlebih dahulu.
“Kalau produk ini akan sukses, tidak ada alasan untuk tidak mulai membuat produk ini di Indonesia,” ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News