kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.706.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.340   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.618   86,45   1,32%
  • KOMPAS100 963   10,57   1,11%
  • LQ45 753   6,24   0,83%
  • ISSI 204   3,07   1,52%
  • IDX30 391   2,33   0,60%
  • IDXHIDIV20 475   7,20   1,54%
  • IDX80 109   1,13   1,05%
  • IDXV30 113   2,27   2,05%
  • IDXQ30 129   1,02   0,80%

Volatilitas Bitcoin Tinggi Merespons Perang Tarif dan Dukungan Trump di Pasar Kripto


Rabu, 05 Maret 2025 / 20:57 WIB
Volatilitas Bitcoin Tinggi Merespons Perang Tarif dan Dukungan Trump di Pasar Kripto
ILUSTRASI. Representasi mata uang kripto terlihat dalam ilustrasi ini, 10 Agustus 2022. Harga Bitcoin mengalami kenaikan setelah sempat terkoreksi menyentuh level US$ 82.000 pada Selasa (4/3).


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin mengalami kenaikan setelah sempat terkoreksi menyentuh level US$ 82.000 pada Selasa (4/3). Mengutip Coinmarketcap, Rabu (5/3) pukul 19.35 WIB, harga Bitcoin berada di posisi US$ 90.548, naik 8,46% dalam 24 jam terakhir.

Dalam satu pekan terakhir, harga Bitcoin telah berfluktuasi pada rentang US$ 78.000 - US$ 94.000 yang mencerminkan tingginya volatilitas di pasar aset kripto belakangan ini.

Volatilitas pasar turut dipengaruhi oleh sentimen kebijakan khususnya terkait tarif impor dan dinamika inisiatif kripto pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Baca Juga: Bitcoin hingga XRP: 5 Kripto yang Masuk Cadangan Pemerintah AS

Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, memandang bahwa volatilitas pasar aset kripto dipengaruhi oleh sejumlah faktor terutama kekhawatiran para pelaku pasar terhadap potensi implikasi perang dagang dapat berefek pada naiknya inflasi dan tekanan pertumbuhan ekonomi.

Terlepas dari data inflasi PCE bulan Januari yang menunjukkan adanya penurunan.

‘’Selain itu, realisasi perubahan kebijakan kripto AS yang lebih suportif, serta kejelasan mengenai dukungan pemerintah AS terhadap inovasi-inovasi di industri kripto secara umum tidak terbatas hanya pada proyek-proyek tertentu, juga masih menuai sorotan,” kata Fahmi dalam siaran pers, Rabu (5/3).

Fahmi melihat, psikologi pasar mengacu indeks Fear & Greed saat ini masih berada dalam level Extreme Fear. Situasi ini turut menggarisbawahi tingginya tingkat ketidakpastian pasar kripto saat ini di benak mayoritas pelaku pasar di tengah dinamika yang ada.

Baca Juga: Lebih dari 1.200 ATM Kripto di AS Tiba-tiba Offline di Tengah Usulan Regulasi Baru

Adapun Presiden AS Donald Trump akan menggelar KTT Kripto pertama di Gedung Putih pada 7 Maret 2025, dengan dihadiri eksekutif perusahaan kripto terkemuka seperti Coinbase (CEO Brian Armstrong), Chainlink Labs (pendiri Sergey Nazarov), Exodus (CEO J.P. Richardson), dan Strategy (sebelumnya MicroStrategy, Michael Saylor). CEO Robinhood, Vlad Tenev.

Agenda KTT belum disampaikan secara eksplisit, tetapi disinyalir akan membahas kebijakan kripto AS. Pertemuan tersebut berpotensi memberikan kejelasan lebih terhadap kekhawatiran dan asumsi-asumsi yang berkembang di pasar saat ini.

Secara umum pasar merespons inisiatif tersebut dengan cukup positif yang menyebabkan harga Bitcoin dan beberapa aset kripto lainnya menghijau pada hari ini.

Namun, pasar masih menyoroti potensi realisasi dari hasil pertemuan tersebut khususnya mengingat upaya-upaya Trump sejauh ini yang lebih banyak sebatas memperkuat narasi-narasi pro-kripto.

Baca Juga: Bitcoin hingga XRP: 5 Kripto yang Masuk Cadangan Pemerintah AS

Tak hanya itu, lanjut Fahmi, risiko konflik kepentingan juga turut menjadi perhatian para pelaku pasar menjelang pertemuan tersebut.

Selain kejelasan arah regulasi dan langkah konkrit terkait cadangan kripto nasional AS, investor juga perlu memperhatikan apakah pertemuan tersebut menghasilkan roadmap regulasi inklusif atau hanya menguntungkan beberapa elit industri.

Fahmi menjelaskan, indikator SOPR (Spent Output Profit Ratio) untuk short term holder yang mengalami penurunan di bawah 1 menunjukkan aksi jual yang terjadi akhir-akhir ini banyak didominasi aksi jual rugi oleh investor yang belum lama ini melakukan pembelian Bitcoin.

“Sebaliknya, para long term holder terlihat lebih stabil mempertahankan posisi mereka tanpa aksi jual yang signifikan. Hal ini mengindikasikan kondisi fundamental pasar kripto yang cukup solid meskipun volatilitas meningkat,” sebut dia.

Fahmi menambahkan, kembali meningkatnya aliran dana masuk neto ETF Bitcoin spot juga menjadi indikator pulihnya kepercayaan diri para investor khususnya investor institusional.

Baca Juga: Bitcoin Bukan Satu-satunya! Trump Tambah ETH, XRP, SOL, dan ADA ke Cadangan Kripto AS

Sejak 10 Februari hingga 4 Maret, ETF Bitcoin spot terpantau hanya membukukan netflow positif sebanyak dua kali yakni pada 28 dan 14 Februari lalu, mengacu data Coinglass dan The Block.

Namun, dengan masih kuatnya fundamental pasar kripto saat ini, investor dapat terus menyesuaikan rencana investasi atau trading nya sesuai tujuan finansial masing-masing.

‘’Bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset kripto yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar. Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi,’’ tutur Fyqieh.

Adapun bagi investor yang ingin mengoptimalkan kondisi pasar di saat harga naik maupun turun, dapat memanfaatkan fitur Futures yang memungkinkan traders memproyeksi harga melalui Long atau Short dengan leverage atau penambahan modal sebanyak 25 kali.

Selanjutnya: OJK Cabut Izin WAPERD Rufizul Manfiah atas Pelanggaran di Pasar Modal

Menarik Dibaca: Cara Mudah Transfer Uang di Indomaret dan Syarat yang Harus Dilakukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×