kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona menyebar, harga minyak masih akan melandai


Minggu, 02 Agustus 2020 / 14:13 WIB
Virus corona menyebar, harga minyak masih akan melandai
ILUSTRASI. Sepanjang tahun berjalan, minyak WTI telah anjlok 34,05% menjadi US$ 40,27 per barel pada akhir Juli.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona memberikan efek domino terhadap berbagai komoditas, termasuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI). Sepanjang tahun berjalan, minyak WTI telah anjlok 34,05% dari US$ 61,06 per barel pada akhir tahun menjadi US$ 40,27 per barel pada akhir Juli kemarin.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan penurunan harga minyak tidak terlepas dari penurunan permintaan seiring banyak negara yang melakukan lockdown pada Maret-April. Keadaan semakin parah ketika terjadi perang harga antara produsen minyak yang sempat membuat harga minyak menyentuh minus US$ 40 per barel dan bertahan di level psikologis US$ 20 per barel hingga akhir semester satu.

Beruntung, memasuki paruh kedua tahun ini, harga minyak WTI mulai membaik. Merujuk Bloomberg, harga minyak WTI menguat 2,55% dalam sebulan terakhir.

Baca Juga: Masih dibayangi katalis negatif, tren harga batubara belum akan membaik

Alwi mengatakan, faktor yang mendorong harga minyak kembali ke level US$ 40 per barel adalah kesepakatan pemangkasan produksi serta membaiknya permintaan itu sendiri. "Sentimen semakin membaik ketika negara-negara di dunia terus menggenjot stimulus untuk mengatasi ekonomi dari kerusakan yang ditimbulkan oleh pandemi, serta berita positif dari uji klinis vaksin oleh beberapa perusahaan farmasi di dunia," ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Minggu (2/8).

Namun, Alwi melihat pergerakan harga minyak WTI ke depan akan berada dalam tren melandai. Penyebabnya adalah penyebaran virus corona yang masih terus meningkat, terutama di Amerika Serikat. Alwi menilai dengan proyeksi ekonomi dari IMF dan rilis PDB di berbagai negara yang menunjukkan kecenderungan kontraksi, bahkan resesi, bisa menekan harga minyak ke depan.

Baca Juga: Kenaikan harga gas alam masih terbatas

"Jika OPEC+ masih berkomitmen untuk menjaga harga, kemungkinan penurunan bisa dibatasi. Sentimen lain yang juga bisa memengaruhi harga adalah data cadangan minyak dari EIA, jika menunjukkan kenaikan, bisa menekan harga. Namun sebaliknya, jika turun, maka sentimen minyak bisa terangkat," tambah Alwi.

Alwi mengatakan, selama kebijakan stimulus masih terus berlanjut, dan berita positif seputar virus corona juga berpotensi mengangkat harga minyak WTI. Dengan kondisi tersebut, Alwi memperkirakan harga minyak WTI pada akhir tahun berpotensi berada di area US$ 38 per barel.

Baca Juga: Produksi minyak anggota OPEC pada Juli melonjak karena pemangkasan sukarela berakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×