kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenaikan harga gas alam masih terbatas


Minggu, 02 Agustus 2020 / 13:39 WIB
Kenaikan harga gas alam masih terbatas
ILUSTRASI. Harga gas alam sudah terkoreksi 17,81% sejak awal tahun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gas alam menjadi salah satu komoditas energi dengan kinerja yang kurang memuaskan. Merujuk Bloomberg, harga gas alam mengawali tahun ini di level US% 2,19 per mmbtu, sementara pada akhir Juli kemarin berada di level US$ 1,80 per mmbtu. Artinya harga gas alam sudah terkoreksi 17,81% secara year to date.

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan kondisi fundamental gas alam sejak awal memang kurang baik. Tak ayal jika harganya terus anjlok. Sentimen terkait outlook permintaan yang menurun karena faktor musim dingin yang tidak sedingin biasanya adalah salah satu penghambat harga.

“Sebelum adanya persebaran virus corona, gas alam merupakan komoditas dengan kondisi fundamental terburuk pada tahun lalu. Ditambah lagi dengan adanya outbreak corona jelas semakin menekan harga gas alam ke depan,” terang Wahyu, Sabtu (1/8).

Baca Juga: Menteri ESDM resmi ubah aturan Gross Split, untuk akomodir investasi IDD Chevron?

Wahyu menambahkan, pada tahun ini produksi gas alam memang meningkat dan menjadi ancaman tambahan karena pasokan yang berlebih. Hal ini yang pada akhirnya membuat harga gas alam menjadi komoditas energi paling tertekan.

Memasuki semester kedua tahun ini, harga gas alam memang mengalami rebound, hanya saja kenaikan tersebut tidaklah signifikan. Dalam sebulan terakhir, gas alam hanya naik 2,86%.

Wahyu mengatakan, membaiknya harga gas alam tidak terlepas dari membaiknya harga komoditas energi secara umum, khususnya adalah minyak. Pasalnya, dengan kenaikan harga minyak, harga gas alam pun akan ikut naik.

"Faktor membaiknya harga gas alam juga tidak terlepas dari optimisme terhadap perbaikan pemulihan ekonomi global serta kabar terkait vaksin virus corona. Ditambah lagi, stimulus ekonomi dari pemerintah maupun bank sentral masih terus mengalir," jelas Wahyu.

Baca Juga: Realisasi PNBP semester pertama tergerus penurunan harga komoditas

Wahyu melihat fundamental gas alam ke depan adalah ancaman overcapacity yang mulai melemah serta antisipasi musim dingin pada akhir tahun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai Oktober, permintaan gas alam akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk pemanas selama musim dingin.

Namun, Wahyu menilai tren gas alam cenderung lemah, meskipun harapan rebound masih terbuka hingga akhir tahun nanti. Hal ini disebabkan, setiap gas alam mulai mengalami overbrought, akan diiringi dengan ancaman bearish.

Oleh sebab itu, Wahyu memprediksi harga gas alam akan berada di rentang US$ 1,50 per mmbtu-US$ 2,30 per mmbtu. Namun, Wahyu menilai, level US$ 2 per mmbtu menjadi gravitational area gas alam.

"Harga gas alam punya kecenderungan bisa bergerak sangat dramatis, harganya bisa naik atau turun yang sangat besar pada suatu waktu. Sebelum pada akhirnya kembali normal dan konsolidasi di gravitational area," pungkas Wahyu.

Baca Juga: Harga minyak mentah melemah, Brent dan WTI sama-sama terkoreksi 0,8%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×