CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.894   -106,00   -0,67%
  • IDX 7.265   -43,28   -0,59%
  • KOMPAS100 1.111   -6,43   -0,58%
  • LQ45 882   -4,45   -0,50%
  • ISSI 220   -1,27   -0,57%
  • IDX30 452   -2,28   -0,50%
  • IDXHIDIV20 544   -2,85   -0,52%
  • IDX80 127   -0,79   -0,62%
  • IDXV30 136   -1,28   -0,93%
  • IDXQ30 150   -0,81   -0,54%

Virus corona masih membayangi harga minyak


Kamis, 13 Februari 2020 / 22:01 WIB
Virus corona masih membayangi harga minyak
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Flames emerge from flare stacks at Nahr Bin Umar oilfield, north of Basra, Iraq, September 16, 2019. REUTERS/Essam Al-Sudani/File Photo


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia melemah di tengah merebaknya virus corona. Padahal, pada Senin 6 Januari lalu, harga minyak sempat menyentuh angka US$ 63,04 per barel.

Berdasar Bloomberg Kamis (13/2) pukul 18.30 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dengan kontrak pengiriman Maret 2020 berada di angka US$ 50,77 per barel.

Kompak, harga minyak Brent pengiriman April 2020 juga mengalami hal yang serupa. Kamis (13/2), minyak Brent berada di angka US$ 55,18 per barel. Turun sebesar 1,09% di hari sebelumnya.

Baca Juga: Lonjakan kasus virus corona membuat harga logam industri nelangsa

Analis Finnex Berjangka Nanang Wahyudin menyebutkan kenaikan harga minyak di beberapa hari ini akibat OPEC+ melakukan pemangkasan produksi minyak mentah. OPEC+ diperkirakan akan memangkas kembali jumlah produksi minyak sebesar 600 ribu barel per hari (bpd).

Jumlah tersebut dinilai menjadi respons atas merebaknya virus corona yang turut mempengaruhi permintaan minyak.

Penambahan jumlah pemangkasan produksi minyak mentah sendiri tak terlepas dari data yang dikeluarkan oleh Energy Information Administration (EIA). EIA mencatat pasokan minyak mentah Amerika Serikat per 7 Februari mencapai 7,5 juta barel.

OPEC+ juga menurunkan proyeksi permintaan minyak mentah pada 2020 sebesar 200 ribu bpd menjadi 29,30 juta bpd.

Baca Juga: Lompat jendela dan merusak kunci pintu, tiga pasien terduga COVID-19 kabur di Rusia

Analis Capital Futures Wahyu Laksono menilai upaya yang dilakukan oleh OPEC+ dengan kebijakan pemangkasan jumlah produksi minyak mentah masih kurang mendukung kembalinya harga minyak.

Stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan peningkatan terbesar sejak November 2019 menjadi keuntungan tersendiri bagi AS. Hal itu mengingat adanya fase pertama kesepakatan perang dagang yang telah ditandatangani oleh Trump pada pertengahan Januari lalu.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×