kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona dan harga minyak masih jadi sentimen utama bursa global di pekan depan


Minggu, 05 April 2020 / 08:46 WIB
Virus corona dan harga minyak masih jadi sentimen utama bursa global di pekan depan
ILUSTRASI. Ilustrasi bursa saham dunia terpapar virus corona


Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari

Akan tetapi, sentimen positif itu tidak berdampak lama karena semakin membengkaknya kasus virus corona di beberapa negara di kawasan Benua Biru seperti Italia, Spanyol, Jerman, dan Prancis. 

Adapun di kawasa Eropa, sebagian saham industri keuangan mengalami tekanan akibat penundaan dan pembatalan pembagian dividen. Perusahaan memilih melakukan buyback saham mengikut anjuran Bank Sentral Eropa (ECB). 

ECB memang menganjurkan agar uang tunai yang dihasilkan harus digunakan untuk menopang perekonomian kawasan tersebut. 

Dalam jangka pendek, terutama dalam periode ketidakpastian, pelaku pasar memang akan lebih mementingkan kas. Oleh karenanya, pelaku pasar memilih menjual aset berisiko dan memegang kas. 

Baca Juga: IHSG bangkit di pekan ini, bagaimana dengan pekan depan?

"Kami pikir pasar Europa akan cenderung fluktuasi cenderung tertekan," imbuh Hans Kwee. Hal ini karena tingkat kematian virus corona di Eropa lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. 

Ke depan, bursa Eropa akan lebih berat dibandingkan bursa global lain. Asal tahu saja, FTSE 100 index di London (FTSE) misalnya, melemah ke level 5.415,5. Sementara itu, Xetra Dax Frankurt (GDAXI) juga menurun 1,11% ke level 9.525,8. 

Pasar keuangan dunia sesungguhnya sempat merespon positif pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Putra Mahkota Saudi Mohammad Bi Salmam untuk mengurangi produksi minyak mentah. 

Trump memperkirakan, kedua produsen minyak dunia itu akan mengurangi produksi hingga 10 juta barel. Dan diharapkan kedua negara kembali bertemu bersama anggota OPEC+ lainnya guna membicarakan mengenai pengurangan produksi minyak mentah.

Hal tersebut sempat menjadi angin segar setelah penurunan permintaan akibat aktivitas lockdown yang dilakukan oleh sebagian besar negara saat melawan virus corona. Bahkan hingga saat ini, baru China yang bangkit dari keterpurukan akibat virus corona.




TERBARU

[X]
×