kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Virus corona dan harga minyak masih jadi sentimen utama bursa global di pekan depan


Minggu, 05 April 2020 / 08:46 WIB
Virus corona dan harga minyak masih jadi sentimen utama bursa global di pekan depan
ILUSTRASI. Ilustrasi bursa saham dunia terpapar virus corona


Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari

Sementara itu, bursa saham AS atawa Wall Street masih terlihat lesu setelah mencetak kasus terbanyak virus corona. Hingga Sabtu (4/4) waktu setempat, sudah ada 309.000 kasus penularan virus corona. Sementara dalam 24 jam terakhir, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 8.441.

Tekanan bagi Wall Street semakin besar karena Gedung Putih memprediksi puncak wabah virus corona di Negeri Paman Sam ini akan terjadi pekan depan. Di mana jumlah korban terinfeksi virus corona bertambah 100.000 hingga 240.000. 

"Pasar dalam dua pekan ke depan akan memperhatikan pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan mereka bersiap dengan lonjakan kasus virus korona baru dalam dua  pekan ke depan," jelas Hans lagi. 

Virus corona juga menggerogoti ekonomi AS. Sejumlah stimulus fiskal telah diluncurkan pemerintah, namun belum terasa signifikan ke warga negara AS. Selain data ISM Manufaktur yang melorot, jumlah pengangguran di Negeri Paman Sam pun membludak di bulan Maret lalu. 

Baca Juga: Sebagian bursa Asia menguat jelang akhir pekan

Hal ini membuat Hans Kwee menyebut bahwa pandemi virus corona ini dinilai lebih berat dibandingkan krisis moneter yang terjadi tahun 2008. 

Sebab pada tahun 2008, stimulus yang diberikan mampu mengerek ekonomi. Sementara saat ini, stimulus sulit untuk mendorong ekonomi kembali karena ada kebijakan lockdown di beberapa negara. Di Indonesia sendiri sudah menerapakan physical distancing

"Diberi stimulus tetapi orang lagi lockdown, maka tetap tidak bisa jalan," kata dia. Selama lockdown, maka yang akan diterima adalah data-data ekonomi yang kurang menyenangkan dan pasar akan merespon negatif hal tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×