kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Vale Indonesia (INCO) Siapkan Capex US$ 120 Juta Tahun Ini


Selasa, 11 Januari 2022 / 14:09 WIB
Vale Indonesia (INCO) Siapkan Capex US$ 120 Juta Tahun Ini
ILUSTRASI. Pabrik pengolahan biji NIKEL milik PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana bisnis PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terus bergulir. Emiten produsen nikel dalam matte ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 120 juta tahun ini. Angka tersebut sedikit menurun dari alokasi capex INCO tahun lalu di angka US$ 130 juta.

Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia menyebut, capex ini akan digunakan untuk sejumlah keperluan, diantaranya alokasi untuk pembangunan kembali (rebuild) furnace 4, peremajaan alat, dan pengembangan tambang. “Pendanaan capex berasal dari kas internal,” terang Irmanto saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/1).

Pembangunan kembali furnace (tanur) 4 dilakukan untuk memperpanjang masa operasi tanur 4. Proyek ini meliputi perbaikan pada furnace roof, furnace body, electrode component, feeding system, matte and slag tapping, dan electrical system.  Agenda pembangunan kembali Tanur 4  dilakukan sebagai bagian dari strategi operasi dalam mendukung ambisi produksi 90.000 ton.

Baca Juga: Proyek Smelter Vale (INCO) di Bahodopi bergulir, FID Ditargetkan kuartal I-2022

Pembangunan kembali tanur 4 ini pun berdampak terhadap produksi INCO. Irmanto mengatakan, dengan furnace 4 rebuild yang masih akan berjalan sampai dengan Mei 2022, maka produksi nikel tahun ini akan terdampak. “Untuk produksi (tahun ini) di kisaran yang sama dengan produksi tahun 2021,” sambung dia. Tahun lalu, konstituen indeks Kompas100 ini menargetkan produksi di angka 64.000 ton.

Sepanjang sembilan bulan pertama 2021, INCO memproduksi sebesar 48.373 ton  nikel dalam matte. Realisasi ini menurun 13% dari angka produksi nikel dalam matte INCO di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 55.792 ton.

Adapun INCO telah memproduksi 18.127 ton nikel dalam matte pada triwulan III- 2021. Angka ini sekitar 20% lebih tinggi dibandingkan volume produksi yang direalisasikan pada kuartal II-2021, yakni sebesar 15.048 ton. Namun, realisasi produksi di kuartal III-2021 menurun  6,93% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19.477 ton.

Baca Juga: Soal Divestasi Saham Vale Indonesia (INCO), Begini Kata MIND ID

Meski tingkat produksi diproyeksi akan sama dengan tahun lalu, Irmanto yakin tingkat produksi akan naik ketika rebuild furnace 4 sudah rampung. “(Produksi) di tahun 2023 akan naik dibandingkan 2022,” pungkas dia.

Irmanto juga membeberkan sejumlah rencana ekspansi INCO juga terus bergulir, salah satunya yakni target final investment decision (FID) untuk proyek fasilitas pengolahan nikel Bahodopi. INCO tetap mengejar target FID smelter Bahodopi supaya tidak lewat dari kuartal pertama tahun ini. “Kami optimis bisa melakukan FID dengan mempertimbangkan progress saat ini,” sambung Irmanto.

Sebelumnya, INCO telah menandatangani dokumen perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan dua mitra, yaitu Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Juni 2021 silam.

Baca Juga: INCO: Proses Penambangan Harus Mempertimbangkan Kesinambungan dan Keberlanjutan

INCO mencetak kinerja ciamik sepanjang periode Januari-September 2021. Produsen nikel dalam matte tersebut membukukan laba bersih senilai US$ 122,93 juta. Realisasi ini melesat 60,40% dari torehan laba bersih INCO pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 76,64 juta.

Bersamaan, Vale Indonesia membukukan pendapatan senilai US$ 686,43 juta. Angka ini naik 20,21% dari pendapatan tahun sebelumnya sebesar US$ 571,02 juta. 

Irmanto mengharapkan harga nikel masih akan di level saat ini  di sepanjang tahun 2022. “Kalau melihat kondisi pasar, dan juga beberapa driver demand, saya masih cukup optimistis,” tutup dia.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) targetkan FID proyek smelter Bahodopi segera rampung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×