Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) memiliki utang cukup tinggi di tahun 2014. Jika bagian pinjaman dalam dollar Amerika Serikat (AS) yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, total pinjaman TBIG sebesar Rp 14,84 triliun.
Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG dalam rilis resmi, Selasa (3/3) menyatakan, TBIG juga memiliki pinjaman senior (gross senior debt) Rp 11,5 triliun. Dengan saldo kas Rp 901 miliar, total pinjaman bersih TBIG menjadi Rp 13,93 triliun dan total pinjaman senior menjadi Rp 10,62 triliun.
TBIG mencatat pendapatan Rp 3,3 triliun dan EBITDA Rp 2,7 triliun tahun 2014. Pendapatan dan EBITDA TBIG naik masing-masing 23% dibanding tahun 2013. "Jika hasil triwulan keempat disetahunkan, maka total pendapatan Perseroan mencapai Rp3,5 triliun dan EBITDA mencapai Rp2,87 triliun," ujar Hardi.
Rasio net senior debt EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 3,69x, dan rasio net debt terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 4,84x. "Ini berarti TBIG masih mempunyai ruang untuk pendanaan lebih lanjut berdasarkan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan serta obligasi bedenominasi Dollar Amerika dan Rupiah" papar Hardi.
Per 31 Desember 2014, TBIG memiliki 19.076 penyewaan dan 11.820 site telekomunikasi. Site telekomunikasi TBIG terdiri dari 10.825 menara telekomunikasi, 941 shelter-only, dan 54 jaringan DAS. Total penyewaan menara telekomunikasi sebanyak 18.081 sehingga rasio kolokasi (tenancy ratio) TBIG menjadi 1,67.
Di tahun 2014, TBIG berhasil menambahkan 1.959 menara telekomunikasi secara organik. "Kami terus mendapatkan dukungan dari para kreditur seperti bank dan pemegang obligasi dalam menumbuhkan bisnis kami," ungkap Hardi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News