kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Utang Jangka Panjang Bumi Kian Membengkak


Selasa, 02 Desember 2008 / 07:17 WIB
Utang Jangka Panjang Bumi Kian Membengkak


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sepertinya, Grup Bakrie memang gemar berutang untuk mempercepat ekspansi atau pertumbuhan usahanya. Kalau PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) punya utang sekitar US$ 1,2 miliar yang hingga kini sedang diupayakan untuk direstrukturisasi, anak usahanya, yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI), juga gemar berutang.

Per akhir September lalu, total kewajiban Bumi naik 60,42% menjadi US$ 2,31 miliar. Dari jumlah itu, produsen batubara terbesar di Indonesia ini punya utang US$ 984,2 juta atau sekitar Rp 11,81 triliun yang terdiri dari utang jangka panjang, jangka pendek, dan utang obligasi konversi. Angka ini membengkak 185% ketimbang periode yang sama tahun lalu, yang sebesar US$ 345,5 juta.

Dalam hasil penelaahan terbatas atau limited review laporan keuangan kuartal ketiga BUMI yang muncul kemarin, peningkatan terbesar berasal dari utang jangka panjang. Hingga akhir September lalu, utang jangka panjang BUMI mencapai US$ 837,98 juta. Berarti, angka ini 100 kali lipat lebih utang pada periode sama tahun lalu yang hanya US$ 7,98 juta. Hampir seluruh utang itu berasal dari Credit Suisse. Bank investasi ini sudah lima kali mengucurkan pinjaman ke BUMI senilai total US$ 770 juta.

Dari jumlah itu, Credit Suisse memberikan utang dua kali pada kuartal ketiga 2008. Yaitu, utang US$ 200 juta untuk memberi pinjaman kepada dua anak usaha Bumi, PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal, serta US$ 50 juta buat membiayai kebutuhan umum dan pembayaran atas biaya-biaya transaksi.

Pada kuartal empat 2008, tepatnya 7 Oktober lalu, Credit Suisse juga kembali mengucurkan pinjaman US$ 100 juta. Utang jangka pendek bertenor enam bulan ini untuk kebutuhan umum dan pembayaran biaya-biaya transaksi.

Melihat tanggal pemberian pinjaman, kemungkinan, BUMI memakai duit itu untuk mendanai program pembelian kembali atau buy back saham lewat  Danatama Makmur. Terakhir, 7 November lalu, Credit Suisse juga memberi pinjaman US$ 75 juta buat buy back saham. Namun, BUMI tidak merinci jaminan semua utang jangka panjang itu.

Dileep Srivastava, Senior Vice President Hubungan Investor BUMI, mengakui adanya pembatasan utang jangka panjang perusahaan. Credit Suisse mensyaratkan, utang jangka panjang BUMI tidak boleh lebih dari US$ 2,25 miliar.

"Utang BUMI masih cukup kecil, kecuali kalau mereka jadi menerbitkan surat utang US$ 600 juta," kata Kepala Riset Optima Kharya Capital Securities Arief Budiman, kemarin. BUMI memang sedang menjajaki penerbitan medium term note (MTN) guna membiayai rencana buy back 17% saham.

Rajin melakukan investasi

Meski merupakan perusahaan penambangan batubara, BUMI juga banyak mengalokasikan duitnya untuk investasi di berbagai instrumen. Emiten ini merogoh kocek US$ 513,77 juta buat pembelian saham anak perusahaan, yaitu Herald Resources.

BUMI juga menempatkan US$ 70,1 juta sebagai investasi jangka pendek di Recapital Asset Management. Total investasi jangka pendek BUMI sejak awal tahun sebesar US$ 294,82 juta.

Beralih ke soal kinerja, BUMI sukses  membukukan pendapatan US$ 2,43 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Angka ini naik 47,27% dibandingkan periode yang sama 2007. Penyebabnya kenaikan harga jual rata-rata batubara sebesar 66% menjadi US$ 70,5 per ton. "Hingga September 2008 kami sudah menjual 40 juta ton," ujar Dileep.

Namun, laba bersih perusahaan merosot 38,73% menjadi US$ 490,15 juta. Penurunan ini terjadi karena tahun lalu BUMI membukukan keuntungan dari penjualan saham anak perusahaan sebesar US$ 553,5 juta.

Sementara itu, BNBR, induk usaha BUMI masih terbelit masalah. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meminta penjelasan tentang penyelesaian utang BNBR berikut perubahan komposisi pemegang saham BUMI. "Hari ini (kemarin) suratnya sedang disusun," kata Direktur Utama BEI Erry Firmansyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×