Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
Direktur Utama Itama Ranoraya teten W. Setiawan menyatakan peluang lain yang bisa jadi penopang pertumbuhan penjualan di tahun yang akan datang adalah memanfaatkan regulasi terkait safety needle yang harus direvisi dan diratifikasi Indonesia.
“Saat ini WHO mewajibkan setiap negara menggunakan jarum suntik yang aman (safety needle) dengan meningkatkan kualitas keamanannya. Sedangkan Indonesia belum merevisi peraturan yang ada saat ini,” ungkap dia.
Baca Juga: BBCA, ICBP, SIDO dan TPIA masuk all-time high, simak kata analis
Teten menyatakan saat ini jarum suntik yang banyak digunakan masih riskan melukai petugas medis. Sebab tutup pengaman jarum suntiknya dicopot seluruhnya.
Sedangkan WHO lebih menyarankan jarum suntik yang lebih aman yakni tutup pengamannya tidak perlu dilepas semua, setelah disuntik bisa langsung ditutup lagi.
Pratoto menambahkan saat ini, PT Oneject Indonesia salah satu perusahaan yang masih satu grup dengan Itama sedang dalam tahap pembangunan pabrik jarum suntik kedua untuk produksi jarum suntik model baru. Bisa dibilang Oneject mendahului regulasi itu.
Nantinya saat pabrik Oneject resmi beroperasi tahun depan dan pemerintah sudah merevisi peraturan safety needle, konsumen akan membeli dari Itama.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) dikabarkan akan menggelar roadshow di sisa September 2019
Sebab salah satu keunggulan yang dimiliki Itama adalah mengantongi sertifikat WHO Performance, Quality and Safety (PQS).
Pratoto menyatakan pabrik baru ini akan dibangun di Cikarang dengan kapasitas empat kali lipat lebih banyak dari pabrik yang sudah existing di Sentul.
Saat ini kapasitas produksi jarum suntik di Sentul baru 300 juta per tahun, tahun depan kemungkinan bisa produksi sampai 1,2 miliar jarum suntik per tahun kalau ditambah sama pabrik Cikarang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News