Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Setelah berhasil melangsungkan penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO), PT Puradelta Lestari Tbk langsung tancap gas untuk melakukan ekspansi usahanya. Tahun 2015, emiten berkode DMAS ini telah menganggarkan belanja modal (capex) sebesar 1,2 triliun.
Jumlah capex tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 50% dari belanja modal tahun lalu. Direktur dan sekretaris PT Puradelta Lestari, Tondy Suwanto menjelaskan dana capex sebesar Rp 1,2 triliun berasal dari hasil IPO akhir bulan Mei yang lalu dan kas internal perusahaan.
Belanja modal itu sedianya digunakan untuk membangun infrastruktur investasi properti dan akuisisi lahan. “Kami akan gunakan dana capex untuk pengembangan Deltamas,” ujar Tondy beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, perusahaan pengembang kawasan Kota Deltamas di Cikarang, Jawa Barat ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 29 Mei 2015 yang lalu. DMAS sukses menjual 4,81 miliar lembar saham atau 10% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga penawaran saham IPO dilepas dengan banderol Rp 210 per lembar saham, sedangkan nilai nominal per saham adalah Rp 100. Melalui IPO ini, dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 1,01 triliun.
Dana hasil IPO tersebut, 60% dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan properti investasi di kawasan Kota Deltamas, 30% untuk pembebasan lahan di Kabupaten Bekasi, dan 10% akan digunakan untuk modal kerja seperti biaya bunga pinjaman, biaya operasional, biaya tenaga kerja.
Sedangkan, penggunaan dana capex tahun ini, sekitar 40% akan dipakai oleh DMAS untuk mengakuisisi lahan baru dan 20% untuk investasi komersial dan residensial serta pembangunan infrastruktur jalan dan air. Pada tahun 2015, perseroan menargetkan akuisisi lahan sekitar 130 hektare di bagian selatan Deltamas. Saat ini, DMAS memiliki land bank seluas 1.845 ha dari total lahan 3.049 ha di kawasan Deltamas.
Ekspansi lahan berfokus di dalam kawasan Deltamas yang masih memiliki prospek bagus bagi industri, residensial, dan komersial. Land bank yang dimiliki DMAS terbagi atas tiga segmen, yakni industri 550 ha, residensial 729 ha, dan komersial 521 ha.
Untuk rencana jangka panjang, DMAS berniat melakukan akuisisi lahan secara bertahap selama tiga hingga enam tahun ke depan dengan target lahan seluas 500 – 600 hektare. Selama kuartal I-2015, DMAS telah mengakuisisi 22 ha lahan baru. Perusahaan enggan terburu-buru dalam mengakuisisi lahan karena secara strategis agar bisa mendapatkan lahan dalam jumlah besar dengan harga lebih murah.
Adapun untuk pembangunan infrastruktur dan properti investasi, anak usaha Sinarmas Land ini mengembangkan bangunan pabrik untuk disewakan, apartemen sewa, hotel, dan infrastruktur jalan dan air. DMAS akan membangun proyek recurring income berupa gedung apartemen sewa di atas lahan seluas satu hektare, hotel bintang tiga, dan bangunan pabrik untuk disewakan.
DMAS masih akan fokus mengembangkan kawasan industri karena masih mendominasi pendapatan perusahaan sebanyak 97%. Pengembangan kawasan industri seluas 549 ha bertujuan demi terciptanya basis ekonomi bagi pertumbuhan kota. Dengan adanya kawasan industri, perkembangan perumahan dan komersial akan menyusul karena kebutuhan hunian dan sarana komersial semakin meningkat di kawasan tersebut.
Sepanjang kuartal I-2015, perusahaan telah mengantongi pra penjualan atau marketing sales sebesar 25% atau setara dengan Rp 475 miliar dari target tahun 2015 yang berkisar Rp 1,9 triliun hingga Rp 2 triliun. Hingga akhir tahun nanti, DMAS menargetkan pendapatan sebesar Rp 2,2 triliun atau naik 43% YoY. Laba bersih juga diharapkan bertumbuh dari Rp 964,1 miliar di tahun lalu menjadi Rp 1,2 – 1,3 triliun di tahun ini.
Kinerja keuangan DMAS pada tahun 2014 tidak bisa dibilang mengesankan. Pendapatan tahunan melemah 15,78% YoY menjadi Rp 1,54 triliun yang disebabkan kontribusi dari kawasan industri yang turun sebesar 119% YoY menjadi Rp 799,6 miliar. Sedangkan sektor komersial hanya menyumbang Rp 694,47 miliar dan hunian sebesar Rp 44,15 miliar. Untungnya margin laba bersih perusahaan masih tebal yakni 62,71% atau naik tipis sebesar 2,45% menjadi Rp 964 miliar.
Rencana Bank Indonesia yang akan melonggarkan ketentuan aturan rasio kredit atas nilai agunan atau Loan to Value (LTV) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dipercayakan akan menjadi katalis bagi sektor properti, tidak terkecuali dengan bisnis residensial DMAS. Pelonggaran LTV menjadi 80% ini akan diberlakukan untuk rumah pertama dan sedianya akan diberlakukan pada bulan Juni 2015.
DMAS menargetkan kenaikan penjualan sebesar 20% dari bisnis residensial dan komersial dalam dua tahun mendatang sering dengan kelonggaran LTV yang akan berdampak positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News