Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) membidik peningkatan laba bersih dan pendapatan tahun ini sebesar 10%. Kenaikan kinerja sebagian besar akan disokong oleh kinerja penjualan alat-alat berat.
Gideon Hasan, Direktur Utama UNTR menyatakan, tahun ini, UNTR membidik penjualan alat berat sebanyak 4.200 unit. Jumlah tersebut dipatok naik lebih dari 10% dibandingkan realisasi penjualan alat berat tahun lalu. Pada 2017, penjualan alat berat Komatsu meningkat 74% menjadi 3.788 unit. Pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat.
“Ada tiga bisnis besar. Paling besar dari kontraktor pertambangan dari PAMA,” kata Gideon di Jakarta, Selasa (27/2).
Produksi batubara PT Pamapersada Nusantara, anak usaha UNTR, meningkat 3% menjadi 113 juta ton. Sementara peningkatan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) meningkat sebesar 14% menjadi 801 juta bank cubic metres.
Namun, anak perusahaan UNTR dalam bidang pertambangan, melaporkan penurunan penjualan batubara sebesar 8% menjadi 6,3 juta ton. Hal itu disebabkan volume penjualan yang lebih rendah di bisnis perdagangan batubara.
Gideon menyatakan, market share penjualan alat berat pada tahun 2017 sebesar 35%, naik dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 33%. Sedangkan pada tahun ini, UNTR membidik pangsa pasar bisa menjadi 36%-37%. Peningkatan market share tersebut diasumsikan dengan kenaikan penjualan yang bisa tembus 10% pada tahun ini. “Target 4.200 unit penjualan alat berat,” lanjutnya.
Pada 2018, UNTR mematok belanja modal sebesar US$ 800 juta-US$ 900 juta. Kebanyakan, belanja modal tersebut ditujukan untuk pembelian alat berat. Untuk PAMA nyaris sekitar 80%. Selebihnya, untuk membuat workshop, warehouse, dan pembelian tanah untuk perluasan cabang.
PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan coking coal di Kalimantan Tengah yang 80,1% sahamnya dimiliki UNTR, memulai produksi pada akhir tahun lalu. Sedangkan, PT Acset Indonusa Tbk (ACST), perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UNTR, mencatat laba bersih sebesar 126% menjadi Rp 154 miliar pada 2017. Penambahan kontrak baru senilai Rp 8,4 triliun berhasil dicatatkan selama 2017, dibandingkan Rp 3,8 triliun pada tahun sebelumnya.
Sedangkan PT Bhumi Jati Power (BJP), yang 25% sahamnya dimiliki UNTR, sedang dalam proses pembangunan dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas masing-masing 1.000 mega watt (MW) di Jawa Tengah. “Power plant dijadwalkan 2021 beroperasi,” papar Gideon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News