Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr juga mengatakan kenaikan harga saham PYFA, KAEF, dan INAF terkena sentimen vaksin Covid-19, ditambah lagi adanya sedikit perbaikan kinerja di kuartal II-2020. Tapi harga ketiga saham dinilai sudah kelewat tinggi terlihat dari rasio price to book value (PBV). PBV PYFA sudah mencapai 4 kali, INAF 20 kali, dan KAEF 2,6 kali.
Sementara itu PNSE dan ARGO dinilai kurang likuid pergerakan sahamnya. ARGO merugi sejak 2014. Kinerja PNSE juga kurang menarik karena margin yang mengecil dan sudah rugi dalam dua tahun terakhir.
Di kuartal II-2020, kerugian PNSE membesar. Kerugian bersih PNSE meningkat dari Rp 14,24 miliar menjadi Rp 25,25 miliar. "Dengan harga sekarang, valuasinya juga kelihatan tinggi dengan PBV 4,4 kali," imbuhnya.
Baca Juga: Saham-saham ini naik lebih dari 100% sepanjang 2020 berjalan, bagaimana kinerjanya?
Di tengah kenaikan harga saham-saham tersebut, Zamzami menilai kinerja WIIM di kuartal II-2020 cukup bagus dengan pertumbuhan margin yang juga membaik. Sementara PBV masih di bawah 1 kali, yaitu 0,7 kali. Dus dia merekomendasikan investor untuk bisa mengakumulasi perlahan saham WIIM dengan target harga Rp 450.
Namun perlu diingat WIIM memiliki risiko likuiditas di pasar karena volume perdagangannya tidak terlalu besar. Sejak awal tahun volume saham WIIM yang diperdagangkan sebanyak 3,3 miliar, dengan frekuensi perdagangan 216.792 kali dan menghasilkan nilai transaksi Rp 860,2 miliar.
"Memang rata-rata lima tahun terakhir diperdagangkan di 0,7 kali PBV, tapi kalau kinerjanya terus membaik hingga akhir tahun apalagi di tengah pandemi seperti ini, tidak menutup kemungkinan ada rerating dari pasar menuju +1 std deviasi di 0,9x price book yaitu sekitar Rp 450," ujar Zamzami.
Baca Juga: Penjualan dan laba Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) terkikis hingga dua digit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News