kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Delapan saham naik lebih dari 100% sepanjang 2020, bagaimana saran analis?


Kamis, 13 Agustus 2020 / 17:19 WIB
Delapan saham naik lebih dari 100% sepanjang 2020, bagaimana saran analis?
ILUSTRASI. Dari tujuh saham yang naik lebih dari 100%, tiga di antaranya adalah saham subsektor farmasi.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2020 berjalan terdapat delapan saham yang naik lebih dari 100%. Tiga saham diantaranya dari sektor farmasi yaitu PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) yang naik 397,47% ytd menjadi Rp 985, PT Indofarma Tbk (INAF) naik 279,31% ytd menjadi Rp 3.300, dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 160% ytd menjadi Rp 3.250.

Kemudian diikuti saham PT Pudjiadi & Sons Estate Tbk (PNSE) naik 171,08% ytd menjadi Rp 900, PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) naik 165,06% ytd menjadi Rp 2.200, PT Argo Pantes Tbk (ARGO) naik 103,64% ytd menjadi Rp 1.680, dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) naik 113,1% ytd menjadi Rp 358. PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT), naik 105,48% ytd ditutup pada level Rp 150.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan harga saham-saham farmasi tersebut naik signifikan lantaran terdorong sentimen dari meningkatnya permintaan produk obat-obatan mereka. Inilah yang memunculkan harapan terhadap meningkatnya kinerja perusahaan. "Terlebih stabilitas rupiah diharapkan dapat mengurangi beban dari selisih kurs bagi perusahaan importir," kata Okie, Kamis (13/8). 

Baca Juga: Yield dividen interim 15,77%, harga saham Mitrabara (MBAP) mentok auto reject atas

Untuk valuasinya, lanjut Okie, saham-saham farmasi tersebut terhitung di atas nilai wajarnya. Namun, untuk INAF selama harga masih mampu bertahan di atas Rp 2.920 masih menarik untuk diperhatikan. Target harga saham INAF dalam jangka menengah adalah Rp 4.130. 

Sedangkan KAEF selama harga masih mampu bertahan di atas Rp 3.000 masih menarik untuk diperhatikan dengan target harga dalam jangka pendek Rp 3.500. "Yang lain belum rekomendasi," imbuh Okie. 

Okie menambahkan, mengingat harga saham-saham tersebut cukup berfluktuasi, maka pelaku pasar perlu mengamati profil risiko masing-masing dan menyesuaikan dengan strategi tiap individu. 

Baca Juga: IHSG menguat tipis 0,11% ke 5.239 pada akhir pedagangan Kamis (13/8)

Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr juga mengatakan kenaikan harga saham PYFA, KAEF, dan INAF terkena sentimen vaksin Covid-19, ditambah lagi adanya sedikit perbaikan kinerja di kuartal II-2020. Tapi harga ketiga saham dinilai sudah kelewat tinggi terlihat dari rasio price to book value (PBV). PBV PYFA sudah mencapai 4 kali, INAF 20 kali, dan KAEF 2,6 kali. 

Sementara itu PNSE dan ARGO dinilai kurang likuid pergerakan sahamnya. ARGO merugi sejak 2014. Kinerja PNSE juga kurang menarik karena margin yang mengecil dan sudah rugi dalam dua tahun terakhir.

Di kuartal II-2020, kerugian PNSE membesar. Kerugian bersih PNSE meningkat dari Rp 14,24 miliar menjadi Rp 25,25 miliar.  "Dengan harga sekarang, valuasinya juga kelihatan tinggi dengan PBV 4,4 kali," imbuhnya. 

Baca Juga: Saham-saham ini naik lebih dari 100% sepanjang 2020 berjalan, bagaimana kinerjanya?

Di tengah kenaikan harga saham-saham tersebut, Zamzami menilai kinerja WIIM di kuartal II-2020 cukup bagus dengan pertumbuhan margin yang juga membaik. Sementara PBV masih di bawah 1 kali, yaitu 0,7 kali.  Dus dia merekomendasikan investor untuk bisa mengakumulasi perlahan saham WIIM  dengan target harga Rp 450.

Namun perlu diingat WIIM memiliki risiko likuiditas di pasar karena volume perdagangannya tidak terlalu besar. Sejak awal tahun volume saham WIIM yang diperdagangkan sebanyak 3,3 miliar, dengan frekuensi perdagangan 216.792 kali dan menghasilkan nilai transaksi Rp 860,2 miliar. 

"Memang rata-rata lima tahun terakhir diperdagangkan di 0,7 kali PBV, tapi kalau kinerjanya terus membaik hingga akhir tahun apalagi di tengah pandemi seperti ini, tidak menutup kemungkinan ada rerating dari pasar menuju +1 std deviasi di 0,9x price book yaitu sekitar Rp 450," ujar Zamzami.

Baca Juga: Penjualan dan laba Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) terkikis hingga dua digit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×