Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (23/8), PT Trimitra Propertindo Tbk siap menggeber sejumlah proyek. Melalui penawaran saham perdana saham kepada publik alias initial public offering (IPO), emiten berkode saham LAND ini sukses menggalang dana Rp 300 miliar.
Perusahaan properti dan konstruksi ini melepas 773,3 juta saham atau setara 27,69% dari modal ditempatkan. Harga IPO dipatok sebesar Rp 390 per saham.
Pada perdagangan hari perdana, saham LAND langsung melesat 50% ke level Rp 585 per saham. "Saat ini, dari
polling ada kelebihan permintaan atau oversubscribed 88,7 kali," kata Suryadi Tan, Direktur Utama PT Trimitra Propertindo Tbk, Kamis (23/8).
Menurut Suryadi, dana hasil IPO sebesar Rp 200 miliar akan digunakan untuk pengembangan proyek yang sudah berjalan dan proyek anyar. Lalu, dana Rp 50 miliar akan digunakan untuk merestrukturisasi utang. Sisanya untuk modal kerja.
Tahun ini LAND akan mengembangkan tiga proyek di kawasan Park Land Avenue, Serpong, yang berhadapan langsung dengan central bussines district (CBD) Bumi Serpong Damai (BSD).
Dua proyek di antaranya merupakan pengembangan tower apartemen yang sudah ada, yaitu The Avenue dan The Canary. Sedang proyek ketiga akan mengusung konsep berbeda dengan dua proyek sebelumnya. Tahun berikutnya, LAND juga berencana membangun proyek mixed use di Serpong.
Suryadi optimistis sektor properti masih prospektif. "Dengan listing di BEI, kami berpeluang mendapat pendanaan yang lebih baik, sekaligus membuka kesempatan bisnis berkembang," tutur Suryadi, Kamis (23/8).
Hingga akhir tahun ini, LAND membidik laba bersih Rp 70 miliar. Target ini naik 126% dibanding pencapaian tahun lalu, yakni Rp 32 miliar. Selain itu, LAND menargetkan laba bersih tahun depan mencapai Rp 130 miliar.
Relaksasi LTV
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai, kinerja sektor properti masih positif meski di tengah tren suku bunga tinggi. Sebab, pelonggaran batas uang muka kredit perumahan atau loan to value (LTV) bisa menopang penjualan properti.
Hariyadi juga melihat peluang bunga pinjaman turun tahun depan. Dia optimistis kinerja sektor properti semakin membaik usai pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Analis Bank Central Asia (BCA) Sekuritas Achmad Yaki juga melihat, secara umum, tantangan suku bunga kredit yang tinggi masih dapat diimbangi dengan berbagai relaksasi kebijakan bagi sektor properti, terutama pelonggaran LTV. "Dampak relaksasi akan lebih terasa terhadap marketing sales emiten properti," kata Achmad.
Namun dia mengingatkan, tantangan suku bunga tinggi tidak bisa diabaikan, khususnya bagi emiten properti yang menyasar konsumen segmen bawah dan menengah alias low and middle class, termasuk Trimitra Propertindo. "Ini karena, basis penjualan mereka (middle dan low segmen) kebanyakan di KPR dan KPA," jelas Achmad.
Bagi emiten yang lebih banyak mengandalkan KPR, dampak suku bunga tinggi akan lebih terasa.
Meski begitu, diperkirakan dampaknya di tahun ini tidak signifikan. Sebab, emiten properti sebagian besar menyasar pembeli rumah pertama atau generasi milenial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News