Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 15% dan laba 20% tahun ini. Beberapa strategi dilakukan TRIM untuk mencapai targetnya.
Asal tahu saja, TRIM mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada kuartal I 2019 sebesar 4,6% year on year (yoy) menjadi Rp 29,9 miliar. Adapun laba yang justru menurun hingga 7,6% dari Rp 18,4 miliar di kuartal I 2018 menjadi Rp 17,1 miliar.
Direktur Utama TRIM Stephanus Turangan menyatakan, Trimegah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan pertumbuhan dan laba tahun ini.
"Strategi pertama adalah mengejar sejumlah emiten yang akan melantai di bursa di semester II 2019," jelasnya saat Paparan Publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (25/6).
Stephanus optimistis pada paruh kedua tahun ini TRIM bisa membalas penurunan laba di kuartal I 2019. Strategi kedua adalah meningkatkan inklusi pasar modal lewat aplikasi Trimegah E-Learning.
Menurut Stephanus, penjualan reksadana sangat berpotensi apalagi instrumen ritelnya. TRIM juga telah melakukan sejumlah insiatif dengan membuat Trimegah E-learning yang mulai dijalankan tahun lalu.
Aplikasi ini menyuguhkan pelajaran atau pengetahuan tentang pasar modal agar lebih mudah dicerna dengan cara audio visual.
Melalui sistem itu, nasabah tidak perlu banyak membaca tapi menonton video untuk belajar dan mengenal perusahaan yang sudah tercatat di pasar modal. Nantinya calon investor juga bisa menggunakan jasa TRIM untuk memilih instrumen investasi.
Adapun TRIM mempertahankan peringkat ke-6 dalam league table obligasi. Menurut Stephanus melalui posisi ini akan memberikan ketenangan kepada investor untuk membeli efek lewat Trimegah.
Stephanus bilang proses penjualan akan jauh lebih aman dan mudah. Jadi banyak investor institusi dan ritel yang berpartisipasi dalam primary issues lewat TRIM.
Strategi lainnya adalah menjalin kerja sama dengan beberapa bank middle size. "Kerja sama ini digunakan untuk meningkatkan penjualan pasar untuk reksadana ke depan," ujarnya.
Stephanus melihat bank middle size berpotensi meningkatkan inklusifitas khususnya untuk menjual instrumen reksadana.
TRIM juga sudah menarik beberapa agen penjual berbasis digital atau teknologi finansial (tekfin) agar lebih dekat dengan generasi milenial.
Stephanus menjelaskan sejak tahun lalu TRIM telah bekerjasama dengan beberapa gerai atau aplikasi baru seperti Bibit, TanamDuit, Bareksa, dan lainnya. Sampai saat ini TRIM telah bekerjasama dengan 9 perusahaan tekfin di Indonesia.
Menurut Stephanus penjualan reksadana beberapa tahun ke depan bisa memperbesar pangsa pasar untuk investor milenial.
Sejalan dengan meningkatkan layanan digitalnya, TRIM juga akan menutup sebagian cabang fisik. Stephanus bilang, cabang banyak dikurangi karena kebiasaan masyarakat saat ini tidak perlu kumpul-kumpul untuk trading.
Melalui sistem informasi yang sudah canggih akan menambah efisiensi dan efektivitas penjualan. Selain itu dengan mengurangi cabang fisik, TRIM juga akan menjaga transaksi fraud yang beberapa tahun terakhir kerap terjadi.
"Semakin mengarah ke digital semakin berkurang loop hole untuk penipuan itu yang diupayakan akan terus berkurang," pungkasnya.
Stephanus optimistis dengan perkembangan TRIM. Sebab melihat sektor finansial dan pasar modal sangat menjanjikan. Ditambah dengan ekspansi yang dilakukan pada sektor digital yang akan memberi katalis positif bagi kinerja TRIM ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News