Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten sektor konsumer sepertinya masih menghadapi banyak cobaan di tahun ini. Survei Bank Indonesia tentang Indeks Keyakinan Konsumen bulan Mei naik ke level 128,2. Angka ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.
Akan tetapi, tampaknya Indeks Keyakinan Konsumen tidak banyak berdampak. Pasalnya sektor konsumer merosot 4,23% sejak awal tahun, sementara pada bulan Mei masih melemah 2,67%.
Kepala RIset Trimegah Sekuritas, Sebastian Tobing memandang indeks konsumen sulit untuk jadi patokan sektor konsumsi, sebab orang Indonesia cenderung selalu optimistis dalam mengisi survei.
Sejalan, Kepala Riset Samuel Sekuritas, Suria Dharma menilai survei indeks keyakinan konsumen tidak berpengaruh terhadap emiten sektor konsumsi.
“Secara industri laporan BI bagus, tapi buat segmentasi konsumen menengah ke atas belum cukup bagus, misalnya konsumen mobil,” kata Suria kepada Kontan.co.id, Jumat (14/6).
Suria bilang survei dari BI jadi tak berpengaruh karena, sektor konsumer paling terbebani oleh godokan terbaru free float atau persentase jumlah saham yang beredar. Suria menjelaskan free float saham-saham sektor konsumer banyak yang lebih rendah dibandingkan salah lainnya di indeks LQ45.
Sebagai contoh, Bursa Efek Indonesia (BEI) bulan lalu merilis penyesuaian bobot free float atas saham-saham indeks LQ45 ntuk perdagangan Mei-Juli 2019, bobot free float bertambah menjadi 60%.
Sebelumnya, pada perdagangan Februari-April 2019, bobot free float dalam perhitungan indeks ini adalah sebesar 30%.
Namun, pembobotan baru itu tak sepenuhnya menjadi hambatan bagi sektor konsumer menatap massa depan cerah di sektor ini.
Kata Suria pembobotan ini akan cenderung menguntungkan emiten sektor konsumer yang memiliki harga produk murah dengan segmentasi menengah ke bawah. “Apalagi pemerintah memberikan gaji ke-13 untuk konsumsi menengah ke bawah, sehingga konsumsinya lebih tinggi,” tutur Suria.
Sementara, Analis JP Morgan Benny Kurniawan dalam risetnya 24 Mei 2018 mengatakan sektor konsumser tak begitu nelangsa. Ia masih optimism sektor konsumer masih bisa berkembang.
Ia menjelaskan secara penjualan dalam periode kuartal I 2019 mampu tumbuh 7% dibanding kuartal I tahun lalu. Dalam periode yang sama dia juga bilang Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) tumbuh 9%. “Sehingga masih ada potensi tumbuh di tahun ini,” kata Benny.
Di sisi lain, Sebastian memandang pergerakan rupiah ke depan dan terkait likuiditas global akan menjadi tolak ukur selanjutnya dalam sektor konsumer.