Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
IPCM juga sedang melakukan digitalisasi proses permintaan layanan jasa pandu dan tunda kapal guna memberikan layanan yang prima kepada customer/shipping line.
Digitalisasi pengajuan layanan tersebut demi percepatan dan efisiensi pelayanan, sehingga penurunan waiting time kapal bisa terwujud.
“Sehingga, hal itu membuat biaya logistik dari sisi layanan angkutan laut bisa semakin efisien,” tuturnya.
Sebagai gambaran, pada triwulan pertama 2023 IPCM mampu mencatat kinerja positif dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 47,1 miliar, naik sebesar 25,1% dari Rp37,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Tren Surplus Perdagangan Diprediksi Berlanjut, Begini Proyeksi Kinerja IPCC
Peningkatan pendapatan ikut mengerek laba IPCM menjadi Rp291,6 miliar, tumbuh 36,8% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 213,0 miliar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, tren surplus neraca perdagangan indonesia diproyeksikan masih berlanjut selama 2023.
Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi global disertai pula dengan penurunan permintaan. Sehingga, hal itu perlu diantisipasi oleh para emiten pelabuhan, seperti IPCM, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), dan PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT).
Nafan pun melihat emiten pelabuhan saat ini kinerja keuangannya masih baik di tengah perlambatan ekonomi dunia yang menghantui.
“Namun, hal itu tetap harus diantisipasi. Mereka harus fokus untuk menjalankan transaksi perdagangan dengan para mitra bisnis sembari melakukan konsolidasi bisnis akibat trade barriers,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/6).
Menurut Nafan, emiten pelabuhan bisa memaksimalkan potensi pasar domestik. Sebab, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil, hal itu akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara tetangga, khususnya di ASEAN.
“Kita jadi bisa fokus ke mitra ASEAN yang saat ini tidak ada lagi faktor trade barriers itu. Otomatis, pangsa pasar ekspor bisa lebih jelas, yaitu di kawasan Asia Tenggara, tuturnya.
Nafan tidak memberikan rekomendasi untuk IPCM dan PORT. Namun, target harga IPCM ada di kisaran Rp 286 - Rp 304 per saham dan PORT di kisaran Rp 865 - Rp 1.025 per saham.
Sementara, Nafan merekomendasikan Hold untuk IPCC dengan target harga Rp 750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News