kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren positif rupiah apresiasi hasil quick count


Jumat, 18 Juli 2014 / 19:02 WIB
Tren positif rupiah apresiasi hasil quick count
ILUSTRASI. 6 Tips Menabung untuk Biaya Menikah.


Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Investor keuangan punya sikap sendiri. Ketika banyak orang masih kikuk menyikapi deklarasi kemenangan masing-masing kubu calon presiden, mereka lebih percaya pada hasil quick count yang menyebut pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) sebagai pemenang. Sepanjang Senin (7/7) hingga Kamis (10/7), kurs tengah Bank Indonesia (BI) menguat 2% menjadi Rp 11.549 per dollar AS (USD).

Kredibilitas sejumlah lembaga riset yang memperlihatkan kemenangan Jokowi-JK, kata Maybank dalam publikasi risetnya (9/7), menjadi dasar penguatan rupiah. Namun, tren positif ini masih sementara, paling tidak hingga 22 Juli 2014. Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual menambahkan, hingga penetapan hasil pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), rupiah akan berfluktuasi dalam rentang yang relatif terjaga. “Pasangan lain mengklaim bahwa mereka juga memenangi pilpres,” ujar David.

David menilai, besarnya apresiasi pelaku pasar terhadap pasangan Jokowi-JK juga tak lepas dari beberapa program yang mereka usung. Salah satunya, prioritas Jokowi-JK pada program pembangunan infrastruktur hingga pemberian insentif kepada pelaku bisnis dan masyarakat. Kehadiran program-program itu, lanjut David, turut menumbuhkan kepercayaan di kalangan investor yang berdampak positif pada peningkatan nilai tukar rupiah.

Tapi, David dan ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) M. Doddy Ariefianto meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap mewaspadai pembengkakan neraca berjalan. Apalagi, setelah pemerintah terbukti tidak mampu memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P).

Ke depan, tambah Doddy, terdapat beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah baru untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik. Di antaranya, kebijakan moneter dan fiskal yang lebih padu antara pemerintah dan BI untuk mengawal nilai tukar rupiah.“Perlu ada aturan mengenai repatriasi agar uang dan keuntungan yang ditanam dan didapat oleh investor asing tidak bisa begitu saja keluar dari Indonesia,” cetus Doddy.

Sementara ini, Doddy memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap USD akan kembali menguat ke Rp 11.300–Rp 11.500 per dollar AS di periode Senin (15/7) hingga Jumat (18/7). Pada rentang waktu yang sama, David memproyeksikan, mata uang garuda bisa bertengger pada kisaran Rp 11.400–Rp 11.600 per dollar AS. “Saya lihat sentimennya baru akan kembali bergeser ke neraca transaksi berjalan dan tapering (pengurangan stimulus fiskal) The Fed setelah presiden pemenang pemilu merilis kabinetnya,” ujar David.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 42 - XVIII, 2014 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×