kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren permohonan PKPU emiten di masa pandemi diproyeksi meningkat


Senin, 19 Juli 2021 / 07:05 WIB
Tren permohonan PKPU emiten di masa pandemi diproyeksi meningkat


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, permohonan PKPU yang menimpa emiten bisa tejadi dari dua sisi. Pertama, memang ada sektor-sektor yang terdampak cukup parah karena meningkatnya tantangan di masa pandemi, seperti sektor pariwisata, properti, jasa restoran, retail, entertainment (live shows), hingga pameran. Sehingga, kinerja perusahaan menjadi tidak optimal. GIAA  termasuk dalam kategori ini.

“Jadi terdapat kemungkinan jika PPKM berlangsung cukup lama, akan ada tambahan perusahaan yang PKPU,” terang Chandra saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (18/7). Chandra bilang, sebagian besar dari sektor-sektor ini perlu diwaspadai investor.

Kedua, tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) dari manajemen yang kurang baik. Chandra menyebut, emiten seperti SRIL dan PBRX sebenarnya masih bisa memanfaatkan peluang  dari pesanan di segmen alat-alat  kesehatan dan pakaian perlindungan diri.

Untuk kasus SRIL, pada awalnya Chandra menilai emiten tekstil ini memiliki masalah dengan modal kerja (working capital), karena pembelian bahan baku yang harus dilakukan secara tunai. Saat permintaan tinggi, pembayaran dari  pihak pemesan tersendat karena adanya kesulitan dalam jangka pendek.

Baca Juga: Sebanyak 17 emiten masuk dalam daftar pemantauan khusus, ini daftar lengkapnya

“Tetapi yang terjadi  tiba-tiba kreditur kehilangan kepercayaan dan menjatuhkan PKPU, sehingga timbul spekulasi adanya aspek GCG yang dipertanyakan,” ujar Chandra.  

Meski demikian, Edwin menilai masih terdapat sektor yang cukup tangguh (resilient) di tengah pandemi saat ini, seperti emiten yang bergerak di segmen farmasi, rumahsakit, laboratorium,saham-saham teknologi dan telekomunikasi, serta saham berbasis komoditas seperti nikel, minyak sawit, hingga emas.

Baca Juga: Fitch: Penyelesaian Gagal Bayar Sukuk Garuda (GIAA) Bisa Jadi Preseden di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×