Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan pendapatan di kuartal II-2020 sebesar Rp 1,29 triliun atau turun 13,6% secara tahunan (yoy) dari Rp 1,49 triliun di kuartal II-2019.
Development dan recurring income secara keseluruhan mencatatkan penurunan masing-masing 17% YoY dan 74% YoY. Namun pada kuartal dua di mana diberlakukannya PSBB, pendapatan dari penjualan rumah tapak dan ruko justru tercatat sebesar Rp 749 miliar atau naik 11,05% yoy, saat semua segmen pendapatan turun lebih dari 30% yoy.
Selain itu, meningkatnya beban umum dan administrasi membuat OPM turun menjadi 16,4% pada kuartal dua, dari 19,7% di kuartal II-2019.
CTRA membukukan rugi bersih pada 2Q20 senilai Rp 8 miliar atau di bawah estimasi laba NH Korindo sebesar Rp 8 miliar, menjadikan catatan rugi pertama yang dialami CTRA.
Baca Juga: Emiten properti berharap tren bunga KPR rendah bisa dongkrak penjualan
Sementara selama semester I-2020, laba tercatat sebesar Rp 169,4 miliar, turun 43% yoy dari Rp 296,3 miliar di semester I-2019.
Marketing sales CTRA pada 2020 direvisi turun menjadi Rp 4,51 trliun. Sementara hingga semester I-2020 marketing sales CTRA sudah tercatat Rp 2,02 triliun atau 44,6% dari target.
Produk penjualan rumah dan tanah menyumbang 92% dari marketing sales, di mana porsi terbesar sebanyak 35% merupakan penjualan unit di bawah Rp 1 miliar.
CTRA saat ini memang fokus pada penjualan rumah tapak golongan menengah ke bawah dan rumah bersubsidi dengan menyasar pada end-user.
"Dengan strategi tersebut, kami yakin CTRA mampu mencapai marketing sales tahun ini. Kami pun mempertimbangkan, jika CTRA memperbanyak produk rumah tapak untuk golongan menengah ke atas, ini akan sulit untuk mendongkrak penjualan karena masyarakat pada golongan tersebut cenderung membeli rumah untuk investasi, dan dalam kondisi seperti ini mereka cenderung menahan dananya," jelas analis NH Korindo Ajeng Kartika Hapsari dalam rilisnya, Kamis (24/9).
Pemerintah mencanangkan wacana untuk menambah sektor property ke dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), secara spesifik, salah satunya akan ada program Payment Holiday atau penundaan pembayaran angsuran pokok dan bunga, untuk Kredit Perumahan Rakyat (KPR) maksimal Rp 500 juta.
"Jika program tersebut dapat terlaksana, kami nilai hal tersebut dapat menjadi sentimen positif bagi CTRA di mana porsi metode pembayaran pada semester I-2020 dengan menggunakan KPR termasuk tinggi yaitu sebesar 56%," jelasnya.
Baca Juga: Ciputra Development (CTRA) pertahankan marketing sales Rp 4,5 triliun
Di sisi lain, guna menyukseskan program tersebut, CTRA pun harus memiliki strategi untuk meningkatkan minat pembeli yang masih minim akibat ancaman pelemahan ekonomi karena pandemi.
Dus, Ajeng mash merekomendasikan beli dengan target harga Rp 780.
"Kami mempertahankan rekomendasi beli dengan menurunkan target harga menjadi Rp 780 menggunakan estimasi discount to NAV 86% (0,7 SD di atas rata-rata 3 tahun terakhir). Kami mempertimbangkan bisnis rumah tapak yang masih memungkinkan untuk tumbuh hingga akhir tahun, terlebih jika program tambahan PEN pada KPR terealisasi," jelasnya.
Ajeng menurunkan estimasi kinerja CTRA tahun ini, mengingat pelemahan kinerja di kuartal II-2020 berada di bawah ekspektasi. Pendapatan dan laba 2020 direvisi turun masing-masingnya Rp 5,51 triliun dan Rp 619 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News