Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) masih akan fokus menggarap konsesi batubara yang dimilikinya saat ini. Meski demikian, perseroan tetap membuka peluang jika ada lahan yang bisa diakuisisi.
"Tambang kami sendiri baru 52% yang dieksplorasi. Jadi kami masih akan meningkatkan secara internal dulu," ujar Direktur Keuangan TOBA Pandu Sjahrir, Jumat, (6/7).
TOBA saat ini memiliki tiga anak perusahaan yaitu, PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM), dan PT Trisensa Mineral Utama (TMU) yang kesemuanya beroperasi secara bersebelahan di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim). Kepemilikan TOBA di ABN sebesar 51% sedangkan di IM dan TMU sama-sama sebesar 100%. Total sumber daya batubara perseroan saat ini sebesar 236 juta ton.
ABN beroperasi dengan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUPOP) sejak September 2008 dengan luas lahan 2.990 hektare (ha) di Sanga-sanga, Kutai Kartanegara (Kaltim). Jumlah estimasi sumber daya batubara di ABN mencapai 156 juta ton.
IM juga berlokasi di Sanga-sanga dengan IUPOP dan mulai beroperasi sejak Agustus 2007. Luas lahan yang dimiliki IM sebesar 683 ha dengan jumlah estimasi sumber daya batubara sebanyak 37 juta ton.
Sementara itu, TMU berlokasi di Loa Janan, Muara Jawa, dan Sanga-sanga yang beroperasi dengan IUPOP mulai Oktober 2011. TMU memiliki lahan seluas 3.414 ha di Loa Janan, Muara Jawa, dan Sanga-Sanga dengan jumlah estimasi sumber daya batubara sebesar 43 juta ton.
Pandu mengungkapkan, apabila perseroan berniat mengakuisisi lahan baru, maka ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan. "Pertama, harus yang lokasinya berdekatan dengan lahan kami saat ini sehingga tidak perlu bangun infrastrukur lagi," ungkap Pandu.
Kedua, sumber daya batubara yang terkandung di lahan tersebut berkisar antara 10 juta - 20 juta ton. Ketiga, kalori batubara yang dihasilkan mirip dengan yang sudah diproduksi perseroan, yakni 5.500-5.800 kkal.
Akhir tahun lalu, produksi TOBA mencapai 5,22 juta ton atau naik 33% dari 3,92 juta ton pada 2010. Kenaikan tersebut mendongkrak laba bersih perseroan sebesar 100% menjadi Rp 1,04 triliun dibandingkan posisi 2010 sebesar Rp 518,76 miliar.
"Untuk semester pertama tahun ini kami belum bisa sampaikan angkanya. Namun, realisasi penjualan sampai semester pertama dibandingkan periode yang sama tahun lalu lebih baik. Pertumbuhannya double digit," kata Pandu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News