Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Timah (Persero) Tbk (TINS) meyakini masih bisa meraih pertumbuhan pendapatan tahun ini minimal sebesar 9%. Perseroan menargetkan bisa mendapatkan kontribusi pendapatan yang lebih besar dari bisnis non timah.
Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, bisnis non timah ditargetkan bisa berkontribusi sampai 20% pada tahun ini. Saat ini, pendapatan logam timah mencapai 95% dari total pendapatan perseroan. Sementara pendapatan dari bisnis non timah seperti tin chemical, jasa galangan kapal, dan batubara hanya sebesar 5%.
Target pendapatan non timah hingga 20% optimis dicapai karena TINS mulai merambah bisnis properti, rumah sakit, dan bisnis hilir lainnya. Untuk bisnis rumah sakit, TINS menganggarkan belanja modal sekitar Rp 200 miliar.
"Kami harapkan sudah mulai bisa membukukan keuntungan pada tahun ini dari bisnis non timah," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (17/2).
Dalam waktu dekat, TINS akan menuntaskan ekspansi pabrik timah solder. TINS menargetkan peningkatan kapasitas tahunan tin solder dari 4.000 ton menjadi 6.000 ton.
Namun, tambahan kapasitas tersebut akan tergantung pada permintaan dunia, terutama untuk pasar barang-barang elektronik. Sementara volume penjualan timah ditargetkan sebesar 25.000 hingga 30.000 ton.
"Kami menjajaki pasar hingga ke beberapa wilayah, seperti China dan Malaysia. Juga untuk mencari partner," imbuhnya.
Di bisnis properti, TINS akan menggarap perumahan di Bekasi dan di Depok, Jawa Barat. Untuk tahap pertama, TINS akan mengembangkan lahan seluas 25 hektare (ha) dari total lahan di Bekasi seluas 176 ha. Nantinya, TINS akan membangun hingga 1.500 unit rumah di Bekasi.
Proyek tersebut akan dikembangkan anak usaha hasil patungan TINS dengan dua perusahaan konstruksi pelat merah, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Porsi saham TINS pada anak usaha patungan itu mencapai 51%.
Tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 1,2 triliun. Sebagian besar belanja modal itu akan berasal dari kas internal perseroan. Penggunaannya, 70% dana belanja modal untuk peningkatan produksi, dan 30% untuk bisnin non timah perseroan.
Pada perdagangan Rabu (17/2), saham TINS ditutup stagnan di level Rp 580 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News