Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) berharap harga timah bisa terus membaik sehingga bisa mendorong kinerja perseroan. TINS berharap di tahun depan produksi timah bisa sekitar 30.000 ton.
Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, untuk memacu produksi tersebut, nilai belanja modal TINS bisa lebih besar dari tahun ini, di atas Rp 1 triliun. "Nilainya mungkin lebih dari Rp 1 triliun. Karena kami berharap produksi dan penjualan juga bisa lebih tinggi," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (13/10).
Agung mengatakan, di Kuartal III ini, harga jual timah sudah terlihat mulai membaik. Ia memperkirakan, harga rata-rata timah di akhir tahun sekitar US$ 17.000 hingga US$ 18.000 per ton.
TINS juga sudah melakukan beberapa diversifikasi ke bisnis hilir seperti timah solder, timah piringan, bahan kimia, dan bisnis lain yang menambah nilai dari produk timah. TINS mengharapkan bisnis hilir dapat memberi kontribusi sekitar 30% dari total pendapatan di 2017.
Sebagai informasi, sepanjang Semester I 2016, penjualan TINS masih tertekan. Perseroan hanya mencetak pendapatan sebesar Rp 2,8 triliun atau turun 12,5% dibandingkan Semester I tahun 2015 lalu. Harga jual yang belum membaik membuat TINS terpaksa mengalami kerugian hingga Rp 32,8 miliar.
Padahal pada periode yang sama tahun lalu, TINS masih bisa mencetak laba bersih meski tipis, sebesar Rp 5 miliar. Namun, menurut Agung, kinerja di Kuartal II sudah lebih baik dibandingkan kinerja di kuartal sebelumnya. Ia yakin, kinerja di Kuartal III tahun ini akan pulih sehingga TINS bisa membukukan kinerja positif.
Perseroan memprediksi, porsi penjualan ekspor logam timah tahun ini tak sebesar tahun lalu. Porsi ekspor sepanjang tahun 2016 diperkirakan sebanyak 55%-60% dari total target produksi 25.000 ton logam timah.
Di Semester I, penjualan TINS dari logam timah dan tin solder mencapai Rp 2,5 triliun, turun dari sebelumnya Rp 3,1 triliun. Namun, penjualan tin chemical meningkat dari Rp 60,4 miliar menjadi Rp 122,1 miliar.
TINS juga sudah mulai membukukan pendapatan dari bisnis rumah sakit sebesar Rp 91,2 miliar. Sementara dari bisnis batubara dan galangan kapal, TINS mencetak pendapatan masing-masing sebesar Rp 22,5 miliar dan Rp 4,1 miliar.
Harga saham TINS ditutup turun 0,62% ke level Rp 800 per saham pada perdagangan Kamis (13/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News