Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rencana eksplorasi di Myanmar merupakan satu dari dua ekspansi anorganik PT Timah (Persero) Tbk (TINS) di tahun ini. Satu ekspansi lainnya adalah mewujudkan rencana untuk mengakuisisi konsesi pertambangan (KP) batubara.
Pada penghujung 2013, TINS sejatinya sudah mengakuisisi satu KP di Sumatera Selatan (Sumsel). Namun, akuisisi tersebut dilakukan dalam dua tahap. Pertama, TINS mengakuisisi hanya 10% saham KP tersebut. TINS ternyata mendapat tawaran untuk menambah kepemilikan saham di tambang tersebut.
TINS kemudian melanjutkan negosiasi untuk kembali membeli 70% saham KP tersebut. Jika rencana tersebut berjalan mulus, TINS bakal menjadi penguasa KP tambang Sumsel dengan kepemilikan 80% saham.
Untuk menambah kepemilikan saham tersebut, TINS membutuhkan dana sekitar Rp 420 miliar yang akan ditutupi dari kas internal dan pinjaman. Tak hanya itu, TINS sedang melakukan uji tuntas (due diligence) untuk mencaplok tambang batubara di Kalimantan.
TINS menargetkan proses due diligence dan penawaran (bidding) tambang di Kalimantan akan selesai di Desember tahun ini. Keputusan TINS mengakuisisi dua tambang itu bukan tanpa alasan.
Luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) dua tambang tersebut lumayan besar, yaitu 10.220 hektar (ha). Sementara jumlah cadangan batubara yang terkandung di tambang Sumsel dan Kalimantan diperkirakan sebanyak 200 juta ton.
Setelah akuisisi rampung, TINS punya rencana untuk memproduksi batubara sebanyak 1,2 juta ton per tahun dari dua tersebut. Agung bilang, TINS tidak akan terlalu banyak menggelar ekspansi anorganik lantaran ingin fokus memacu penjualan logam timah.
Tahun ini, TINS mengincar penjualan logam timah sebanyak 25.000 metrik ton (mton). TINS akan memenuhi target tersebut secara bertahap menyesuaikan dengan pergerakkan harga jual logam timah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News