kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

TINS berharap belied baru bisa mengerek timah


Rabu, 12 Agustus 2015 / 07:43 WIB
TINS berharap belied baru bisa mengerek timah


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Timah (Persero) Tbk (TINS) optimistis, regulasi anyar yang mengatur perdagangan timah, bisa mendongkrak harga logam industri ini di pasar global..

Sekadar mengingatkan, pemerintah telah merilis Peraturan Menteri Perdagangan No.33/2015 sebagai revisi Permendag sebelumnya mengenai ekspor timah. Beleid yang berlaku sejak awal Agustus 2015 itu mewajibkan perdagangan timah harus melalui bursa. Selain itu, setiap timah yang diekspor harus membayar royalti, memiliki sertifikat dan persetujuan ekspor (PE).

Sekretaris Perusahaan TINS Agung Nugroho mengatakan, regulasi ini bisa berdampak positif bagi industri timah. Aturan ini bisa mengurangi penambangan ilegal yang selama ini memicu suplai berlebih, sehingga harga jeblok. "Pasokan timah lebih termonitor dengan regulasi ini," katanya, akhir pekan lalu.

Pasar mungkin melihat TINS belakangan ini mengurangi ekspor. Sebagai produsen timah terbesar di Indonesia, penurunan ekspor TINS menyebabkan suplai di pasar global berkurang. Dus, bisa menjadi peluang harga timah pulih.

Sebagai gambaran, Senin (10/8), harga timah di London Metal Exchange (LME) diperdagangkan seharga US$ 15.775 per metrik ton. Harga ini sudah turun 18,68% sepanjang tahun ini.

Nah, Agus memperkirakan, dengan adanya aturan anyar itu, harga timah bisa kembali ke kisaran US$ 18.000 per metrik ton pada bulan September mendatang. Sehingga, pada akhir tahun ini, harga timah bisa kembali ke level US$ 20.000 per metrik ton.

Pulihnya harga timah diharapkan bisa berdampak bagus bagi kinerja saham TINS. Kata Agung, belakangan ini, transaksi saham perusahaan tambang pelat merah ini meningkat. "Peningkatan ini kemungkinan sebagai respon pelaku pasar terhadap pemberlakuan Permendag baru," klaimnya.

Demi memperbaiki kinerja, tahun ini, TINS juga banyak melakukan efisiensi. Selain menekan ongkos produksi, perusahaan masuk bisnis hilir. Hilirisasi produk timah, yaitu timah solder dan tin chemical diproduksi oleh PT Timah Industri, anak usaha TINS.

Emiten ini juga sedang membangun pabrik tin intermediate. Rencananya, pabrik rampung Oktober mendatang, sehingga diharapkan bisa mengerek volume penjualan tahun ini. "Kami sudah memulai industri hilir dalam negeri. Tentu ini bisa meningkatkan margin," ujar Agung.

Selain mendorong sektor hilir, TINS melakukan diversifikasi bisnis. Misalnya, memperkuat bisnis rumah sakit Bhakti Timah yang berlokasi di daerah operasional TINS. Saat ini, rumah sakit tersebut sudah berstatus Perseroan Terbatas (PT), dan bakal berkontribusi terhadap laba perusahaan.

Selasa (11/8), harga saham TINS turun 0,82% ke level Rp 605 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×