kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini cara TINS siasati bisnis timah yang lesu


Senin, 27 April 2015 / 12:57 WIB
Ini cara TINS siasati bisnis timah yang lesu
ILUSTRASI. Apa Itu PCOS pada Perempuan? Ini Penyebab dan Gejala PCOS yang Perlu Anda Ketahui.


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) menyadari lesunya bisnis timah saat ini. Perusahaan pelat merah ini pun mulai menggeluti beberapa bisnis di luar pertambangan timah, seperti properti, rumah sakit, tanah jarang, batubara dan nikel. Dari seluruh bisnis di luar timah tersebut, TINS berharap bisnis properti menyumbang pendapatan yang signifikan bagi perseroan tahun ini.

Sekretaris perusahaan TINS, Agung Nugraha mengatakan, sebelumnya perseroan hanya mengandalkan bisnis timah yang menyumbang pendapatan hingga 95%. Sementara anak usaha hanya menyumbang 5%. Dengan masuknya perseroan ke berbagai bisnis baru, tahun ini diharapkan ada komposisi 85% dari timah dan 15% dari anak usaha di luar bisnis timah. Minimal, tahun ini anak usaha bisa menyumbang kontribusi sebesar 10%.

"Untuk pendapatan anak usaha, porsi terbesar akan berasal dari bisnis properti. Kami harapkan bisnis properti bisa menyumbang 8%, sementara sisanya sebesar 2% dari anak usaha lainnya," kata Agung pada KONTAN Jumat (24/4).

TINS pun akan memulai pembangunan properti pada tahun ini. Menggandeng PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Timah membentuk anak usaha dengan komposisi saham sebesar 51% dipegang PT Timah, 24,5% dipegang WIKA, dan 24,5% dipegang  ADHI.

Proyek pertama perusahaan patungan tersebut adalah mengembangkan kawasan terpadu di lahan milik TINS seluas 176 hektare di Bekasi. Dalam tahap awal, perseroan berencana membangun perumahan seluas 40 hektare yang akan diperuntukan untuk kalangan menengah ke bawah. Diharapkan pada tahun ini sudah dimulai pembangunan perumahahan dan pada kuartal IV sudah bisa dilakukan penjualan.

"Dengan begitu kami bisa mendapat cash flow karena dengan lakunya unit yang terjual kami langsung bisa mendapatkan keuntungan yang kami hitung totalnya nanti dai seluruh kawasan tersebut bisa mencapai Rp 5 triliun sampai Rp 7 triliun," ujar Agung.

Dalam jangka panjang, perseroan juga berencana untuk membangun mal, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya di kawasan tersebut. Untuk bisa merealisasikan pembangunan tersebut, TINS akan mengeluarkan dana untuk modal perusahaan patungan sebesar Rp 150 miliar yang dananya diambil dari belanja modal perseroan tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun. Sementara itu, untuk dana investasi akan didapat dari hasil penjualan.

Ke depannya, selain proyek di Bekasi, perseroan juga berencana untuk memanfaatkan lahan milik perseroan di Bangka Belitung seluas 70 hektare. Lahan tersebut saat ini telah dibangun lapangan golf. Agung bilang dengan berdirinya anak usaha di bidang properti tersebut, perseroan akan membangun hotel disana.

Perseroan juga akan membangun kawasan industri di Tanjung Ular. Perseroan memiliki lahan seluas 100 hektare di kawasan tersebut dan telah mendirikan pabrik tanah jarang di sana. "Pembangunan pabrik tersebut akan menjadi cikal bakal dibangunnya kawasan industri di sana,"katanya.

Selain bisnis properti, perseroan juga akan mengembangkan usaha di bidang kesehatan dengan membangun rumah sakit. Saat ini perseroan telah memiliki satu rumah sakit. Untuk pengembangan bisnis rumah sakit, Agung bilang hanya akan mengembangkan rumah sakit tersebut sebagai rumah sakit internasional dan belum berencana untuk menambah jumlah rumah sakit baru pada tahun 2015.

Perseroan pun akan lebih fokus untuk bisa mewujudkan rumah sakit bertaraf internasional dengan menganggarkan dana sebesar Rp 200 miliar untuk membeli peralatan kesehatan terutama peralatan check up untuk bisa menjadi rumah sakit internasional. Dengan penambahan alat-alat kesehatan yang baru, TINS pun berharap bisnis rumah sakit bisa menyumbang pedapatan sebesar Rp 10 miliar hingga Rp 20 miliar pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×