Reporter: Sanny Cicilia, Asep Munazat, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Masa tenang harga minyak mentah cuma bertahan sepekan. Kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan April 2011 di bursa Nymex, Kamis (17/3) pukul 19:15 WIB senilai US$ 99,97 per barel, bergerak dari posisi di hari sebelumnya, US$ 97,98.
Minyak jenis Brent di pasar Intercontinental Exchange untuk pengiriman Mei 2011 juta mengalami penguatan menjadi US$ 113,43 per barel. Sehari sebelumnya, nilai kontrak penyerahan minyak itu adalah US$ 110,6 per barel.
Situasi panas Timur Tengah masih menjadi tema sentral kenaikan harga minyak. Konflik Timur Tengah kembali memanas setelah pemerintah Libia melancarkan serangan balasan terhadap pemberontak. "Aksi itu menghidupkan kembali kehawatiran pasar," kata Nizar Hilmy, analis Harumdana Berjangka.
Pendapat setali tiga uang terlontar dari Ibrahim, General Manager Harvest International Futures. Dia menambahkan, harga minyak kembali merangkak setelah pemerintah Arab Saudi turut campur tangan dalam pergolakan di Bahrain. Intervensi Arab mengundang protes Iran. "Ini alasan pasar cemas kemungkinan munculnya perang yang lebih luas," ujar Nizar.
Jika Timur Tengah bergejolak, pasokan minyak akan rentan gangguan. Apalagi Libia merupakan produsen minyak jenis premium Brent yang jarang diproduksi. "Kemungkinan penghentian pasokan dari Libia jelas meningkatkan spekulasi harga," kata Ibrahim.
Gejolak Timur Tengah ini kembali memanaskan harga minyak yang sepekan ini melandai gara-gara bencana di Jepang. Nizar melihat, penguatan kembali harga minyak membuktikan bahwa perhatian pasar terhadap kondisi Timur Tengah masih tinggi.
Jepang mendominasi
Ibrahim memprediksi, situasi terbaru Jepang seusai bencana akan menjadi penentu utama arah minyak mentah di masa depan. Pelaku pasar akan membaca kondisi terbaru Negeri Sakura sebagai cerminan fundamental ekonomi di negeri tersebut. "Berbeda dengan kondisi yang terjadi di Timur Tengah saat ini, yang hanya mempengaruhi spekulasi," kata dia.
Sebagai satu negara eksportir terbesar di dunia, kondisi ekonomi Jepang tentu akan berpengaruh terhadap ekonomi global. "Apa yang terjadi di Jepang akan menjadi fokus utama pasar dalam jangka menengah," tutur dia.
Ibrahim memperkirakan hingga akhir pekan ini harga minyak mentah memiliki peluang menguat. "Besok harga minyak mentah akan melanjutkan tren hari ini. Namun kenaikkan tidak begitu tinggi," tutur Ibrahim. Dia memperkirakan harga minyak hari ini berkisar US$ 97 per barel - US$ 99 per barel.
Nizar menambahkan, tren penguatan harga minyak mentah akan bertahan selama ketegangan membekap kawasan Timur Tengah. Dalam proyeksi Nizar, harga minyak hari ini akan bergerak dalam rentang US$ 96-US$ 100,50 per barel.
Anton Hendranata, Ekonom Bank Danamon menilai, gejolak di Timur Tengah ini akan lebih banyak mempengaruhi pergerakan harga minyak jenis Brent.
Mengutip Bloomberg, UBS menaikkan proyeksi rata-rata harga minyak jenis Brent tahun ini menjadi $103,75 per barel, dari estimasi sebelumnya US$ 85 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News