Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) segera menggelar rights issue senilai Rp 35,07 triliun. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 7 Juli mendatang.
Setiap pemilik 1.034 saham akan memperoleh 1.000 HMETD seri A dan berhak membeli saham baru seri B di harga Rp 926,16. BUMI juga menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK). Setiap pemilik 1.000 saham akan memperoleh 284.494 HMETD seri B yang dapat ditukar dengan OWK seharga Rp 1.
Long Haul Holdings Ltd sebagai pemegang saham BUMI telah menyatakan tidak mengeksekusi HMETD yang dimiliki. Aksi korporasi ini memiliki risiko dilusi hingga 50,84% jika pemegang saham tak mengambil haknya.
Jika menggunakan asumsi harga penutupan saham 13 April lalu, nilai teoritis HMETD itu sebesar Rp 624,66. Jelang rights issue, harga saham BUMI bergerak volatil dan ditutup turun 3,74% menjadi Rp 360 per saham pada perdagangan kemarin.
Rentang harga saham BUMI di pasar reguler dengan harga rights issue memang cukup jauh. Riska Afriani analis OSO Sekuritas memperkirakan, investor BUMI tidak akan melaksanakan haknya karena harga rights issue yang lebih mahal. "Risikonya, pemegang saham lama akan terdilusi cukup besar," kata Riska pada KONTAN, Selasa (4/7).
Kenaikan profit
Menurut Riska, trader bisa mulai membeli saham BUMI secara bertahap menjelang cum date pada 7 Juli mendatang. Trader berpeluang mengambil keuntungan pasca rights issue, karena akan ada penyesuaian harga hingga mendekati harga teoritis.
Riska menghitung harga wajar BUMI di level Rp 500. Menurut dia, harga saham BUMI masih berpotensi upside. Sehingga, baik trader maupun investor dapat membeli BUMI sebelum rights issue. "Rentang harga Rp 330Rp 360 masih bagus jika investor ingin membeli dengan mencicil," ujar dia.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas, mengatakan, bila memiliki cukup dana, investor bisa membeli saham BUMI saat ini. Namun bila belum memiliki dana, bisa menunggu waktu efektif dari rights issue tersebut. "Kedua waktu itu sama-sama positif, dengan asumsi harga teoritis tercapai," jelas dia.
David Sutyanto, Analis First Asia Capital mengatakan, efek dilusi aksi korporasi ini terhadap pemegang saham memang merugikan. Tapi, karena rights issue ditebus pada level harga premium, harga BUMI bisa naik.
Edwin menyebut, sisi positif rights issue ini adalah saham baru akan diserap kreditur sebagai bagian restrukturisasi utang. Dengan asumsi restrukturisasi berjalan lancar, harga saham BUMI berpotensi naik.
BUMI juga mulai melakukan efisiensi. "Kombinasi kenaikan pendapatan dan penurunan biaya akan memperkuat kinerja BUMI," ujar Edwin.
Tapi hal tersebut bisa terjadi dengan asumsi kinerja BUMI tumbuh. Jangan lupa, saat ini harga batubara cenderung melemah. Jadi, silakan pertimbangkan masak-masak sebelum benar-benar masuk ke BUMI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News