Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sinyal positif penguatan logam industri di tahun 2017, ternyata timah tetap saja masih berada di bawah tekanan. Bahkan jika dilihat sejak awal tahun, harganya masih menunjukkan pelemahan hingga 7,55%.
Penghapusan bea keluar timah di China mendorong terjadi kelebihan pasokan. “Perusahaan China mulai membanjiri pasar internasional dan ini menekan harga,” Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures kepada Kontan.co.id.
Kalau di tahun 2016 produksi timah olahan hanya mencapai 340.000 ton, di tahun 2017 meningkat menjadi 360.000 ton. Sayangnya peningkatan produksi ini tidak diimbangi oleh tingkat permintaan. Meski permintaan dari sektor elektronik masih cukup tinggi tetapi besarannya masih lebih rendah dari tahun lalu.
Selain itu sentimen negatif terhadap harga juga datang dari tingkat volatilitas yang cukup tinggi. Likuiditas pasar membuat minat spekulatif membuat investor mengabaikan pasar. Tak hanya di pasar spot, investor juga terlihat menjauhi saham di sektor timah.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (22/12) timah kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange tercatat menguat 0,93% ke level US$ 19.530 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News