Reporter: Nathania Pessak | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas timah disinyalir masih akan melorot di tengah posisi dollar AS yang cukup solid.
Mengutip Jumat (20/10), harga timah kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) merosot 1,39% ke level US$ 19.575 per metrik ton.
Pasca-disetujuinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) AS, dollar AS memang melesat. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyebut, dengan lolosnya APBN tersebut, maka peluang reformasi pajak Presiden AS Donald Trump disetujui juga terbuka.
“Jika disetujui maka indeks dollar akan semakin melaju, dan membuat harga komoditas semakin melemah,” paparnya.
Selain itu, Ibrahim bilang, terpilihnya kembali Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, mencuatkan rencana pengurangan pelonggaran kualitatif. Ini kemudian di respons negatif oleh pasar. “Ini katalis yang positif untuk dollar AS sehingga memperburuk harga semua komoditas,” tuturnya.
Lanjut Ibrahim, harga timah juga sebenarnya sudah terlalu tinggi, sehingga wajar jika terkoreksi. “Kalau harga sudah terlalu tinggi, siapa yang mau beli. Jadi wajar saja jika ada koreksi,” pungkasnya.
Kendati demikian, ia melihat, sejatinya secara fundamental, timah masih dalam tren bullish. Pasalnya, setelah China melakukan reformasi tambang sebesar 50% sejak November 2016, harga timah terbilang stabil. “Oversupply dapat berkurang dengan adanya reformasi tambang China ini, sehingga antara permintaan dan produksi seimbang,” papar Ibrahim.
Hingga akhir tahun, Ibrahim meramalkan, harga timah dapat mencapai level US$ 21.500 per metrik ton. “Dengan fundemental yang solid, bukan tidak mungkin timah menyentuh level itu,” tandasnya.
Namun, Selasa (24/10), timah diperkirakan masih lanjut melemah sementara di rentang US$ 19.450-US$ 19.620 per metrik ton. Sedangkan, sepekan ke depan, harga akan berada di kisaran US$ 19.320-US$ 19.720 per metrik ton.
Secara teknikal, Ibrahim melihat indikator bollinger band dan moving average (MA) berada 20% di bawah bollinger atas. Kemudian stochastic dan moving average convergence divergence (MACD) berada di area 60% negatif. Sedang, indkator relative strength index (RSI) berada di area 60% positif.
“Dari teknikal, malam nanti timah masih berpeluang melemah 100-120 poin,” proyeksi Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News