kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga timah terganjal penguatan dollar AS


Selasa, 24 Oktober 2017 / 06:20 WIB
Harga timah terganjal penguatan dollar AS


Reporter: Nathania Pessak | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca disetujuinya anggaran pendapatan dan belanja negara oleh senat Amerika Serikat (AS), nilai tukar dollar AS melesat. Imbasnya harga komoditas logam industri yang diperdagangkan dengan mata uang tersebut tertekan, termasuk timah.

Jumat (20/10) lalu, harga timah kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 1,39% jadi US$ 19.575 per ton. Sepekan kemarin, harga timah sudah terpangkas 4,97%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, keputusan senat AS menyetujui APBN membuka peluang reformasi pajak, yang jadi program unggulan Donald Trump, disetujui. "Jika disetujui, indeks dollar AS akan makin tinggi dan harga komoditas semakin tertekan," papar Ibrahim, Senin (23/10).

Selain itu, pasar juga merespons negatif terpilihnya kembali Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Maklum, Shinzo Abe diprediksi bakal melakukan pengurangan kebijakan pelonggaran kualitatif.

Hal tersebut juga berdampak positif terhadap dollar AS. Pada Senin (23/10) indeks dollar AS berada di level 93,94, menguat 0,27% dibanding akhir pekan kemarin.

Harga timah, secara teknikal, memang sudah terlalu tinggi. Alhasil wajar bila harga mengalami koreksi. Kendati demikian, Ibrahim bilang, sejatinya secara fundamental, harga timah masih dalam tren bullish.

Alasan Ibrahim, setelah China melakukan reformasi tambang di November 2016, produksi timah negara tersebut jauh berkurang. Ini membuat harga timah dunia lebih stabil. "Oversupply pun berkurang dengan adanya reformasi tambang China ini, karena permintaan dan produksi jadi seimbang," ujar Ibrahim.

Hingga akhir tahun ini, Ibrahim meramalkan harga timah dapat mencapai US$ 21.500 per ton. Dengan fundamental yang solid, level harga tersebut sangat mungkin tercapai.

Pada perdagangan hari ini, Ibrahim memprediksi, harga timah masih akan melemah dan bergerak di rentang US$ 19.450–US$ 19.620 per ton. Sepekan ke depan, harga akan bergulir di kisaran US$ 19.320–US$ 19.720 per ton.

Secara teknikal, Ibrahim melihat indikator bollinger band dan moving average (MA) berada 20% di bawah bollinger atas. Kemudian indikator stochastic dan moving average convergence divergence (MACD) berada di area 60% negatif. Namun, indikator relative strength index (RSI) masih berada di level 60% menunjukkan sinyal positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×