kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Timah berpeluang lanjutkan penguatan


Senin, 13 Februari 2017 / 19:52 WIB
Timah berpeluang lanjutkan penguatan


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga komoditas timah mulai menunjukkan perbaikan. Setelah sejak awal tahun gagal mempertahankan penguatan di tahun 2016, kini harganya mulai bergerak naik. Memburuknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) ternyata berhasil melambungkan beberapa komoditas termasuk timah.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (10/2) harga timah kontrak pengiriman 3 bulan di London Metal Exchange (LME) mengalami penguatan 2,1% ke level US$ 19.475 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Namun jika dilihat selama sepekan harganya masih terkoreksi sekitar 1,49%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka masih melihat penguatan harga kali ini terjadi karena sajian data ekonomi AS yang memburuk. Pada Jumat (10/2) kemarin tercatat indeks penurunan jasa konsumen mengalami penurunan dari level 98,5 menjadi 95,7.

Menurutnya hal tersebut menyebabkan indeks dollar mengalami koreksi sehingga harga timah pun bisa terangkat naik. “Banyaknya data yang akan dirilis pekan ini juga kemungkinan bisa membuat harga timah melanjutkan penguatannya,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (13/2).

Ia meyakini beberapa data yang akan dirilis pekan ini seperti data inflasi AS bulan Januari, data penjualan manufaktur dan data penjualan retail bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga timah. Prediksi hasilnya yang beragam kemungkinan bisa membuat indeks dollar kembali mengalami pelemahan dan harga timah cenderung menguat.

Ditambah lagi sentimen positif juga datang dari spekulasi rencana pemerintah China untuk kembali memberlakukan bea impor komoditas sebesar 10%. Padahal aturan tersebut sudah tidak diterapkan sejak tahun 2008 silam.

Jika itu terjadi peluang peningkatan permintaan akan semakin tinggi dan harga pun bisa terus menguat. “Ini masih belum pasti, tetapi kalau melihat fokus reformasi komoditas yang sedang dilakukan China. Itu mungkin saja dilakukan,” terangnya.

Tak hanya spekulasi kebijakan, sajian inflasi China yang diperkirakan akan meningkat dari 2,1% ke 2,4% yang akan menjadi sentimen positif. Perbaikan ekonomi negeri tirai bambu itu menurutnya bisa kembali mengerek harga timah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×