kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga belas emiten mau buyback, kenapa IHSG justru longsor 22,28%?


Kamis, 12 Maret 2020 / 20:23 WIB
Tiga belas emiten mau buyback, kenapa IHSG justru longsor 22,28%?
ILUSTRASI. Warga mengamati layar yang menampilkan infornasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/3/2020). BEI melakukan pembekuan sementara perdagangan ('trading halt') pada sistem perdagangan di bursa efek pada Kamis (12/3) pukul


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua hari ini, sudah ada 13 emiten yang mengumumkan buyback. Sebanyak lima emiten merupakan pelat merah yang bergerak di sektor konstruksi dan sisanya merupakan perusahaan swasta yang bergerak di sektor barang konsumsi, sawit, properti, batubara dan sekuritas.

Total dana maksimal yang digelontorkan mencapai Rp 4,11 triliun. Dua emiten dengan anggaran paling besar yaitu PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) yang menyiapkan dana maksimal Rp 1,05 triliun dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang menyiapkan dana Rp 1 triliun. Sementara itu emiten pelat merah rata-rata menganggarkan sebesar Rp 100 miliar–Rp 300 miliar.

Baca Juga: Anjlok 5,01%, IHSG masih berpeluang tertekan pada perdagangan Jumat (13/3)

Seperti diketahui, buyback saham dilakukan oleh beberapa emiten menyusul adanya surat edaran dari OJK yang melakukan relaksasi. Dalam surat edaran tersebut dijelaskan, melihat kondisi pasar di mana IHSG turun signfikan, bahkan per hari ini telah turun 22,28% year to date (ytd), emiten diperbolehkan buyback tanpa RUPS. Hal ini ditanggapi serius oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang langsung berkoordinasi dengan 12 emiten pelat merah.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memutuskan buyback dengan anggaran maksimal Rp 300 miliar lantaran harga sahamnya saat ini tak mencerminkan kondisi fundamental. Sekretaris Mahendra Vijaya memastikan transaksi buyback ini tak akan memengaruhi kinerja WIKA.

Di saat yang bersama Wijaya Karya juga tengah melakukan evaluasi saat ditanya soal rencana ekspansi apakah masih akan dilanjutkan atau ditunda terkait kondisi pasar yang sedang dalam tekanan saat ini. “Saat ini sedang kami evaluasi kondisinya,” kata Mahendra melalui pesan singkat kepada Kontan.co.id, Kamis (12/3).

Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) menyiapkan dana Rp 1 triliun untuk buyback

Direktur Keuangan PT PP Tbk (PTPP) juga mengatakan hal yang sama. Sejauh ini, kinerja operasional masih disesuaikan dengan rencana PTPP dan harus tepat waktu. Sehingga belum ada pengalihan dana apabila ada ekspansi atau proyek yang tak tergarap. “Kalau ada penyesuaian, ya, nanti lihat situasi dan kondisi,” jelas dia.

Meski sudah ada beberapa emiten mengatakan bakal buyback, IHSG terus merosot. Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, kondisi ini membuktikan bahwa pasar lebih fokus pada adanya potensi penurunan kinerja emiten karena faktor eksternal seperti status wabah corona menjadi pandemi.

Sedangkan buyback hanya mampu membuat pasar menghijau pada saat diumumkan 12 emiten pelat merah bakal buyback, Selasa (10/3), di mana IHSG menguat 1,64% ke level 5.220,83. “Secara fakta, beberapa tahun terakhir, dampak buyback hanya saat pengumuman saja. Setelah itu harga terbentuk kondisi emiten dan market,” imbuh Alfred.

Alfred menyebut, pasar tengah tertekan oleh risiko sistematik (systematic risk), yang akan menghantam seluruh sektor. Dalam kondisi tersebut, IHSG diprediksi berpeluang turun lebih rendah lagi ke level 4.690. Dus, kinerja emiten juga akan mengalami tekanan yang pada akhirnya sulit melihat fundamental emiten yang solid untuk mendukung keputusan berinvestasi.

“Fundamental jangan dipersepsikan bagus itu pertumbuhan. Yang cukup solid itu, kalau pun turun ya tidak terlalu dalam atau masih bisa mencatatkan laba meskipun turun,” jelas Alfred.

Baca Juga: IHSG anjlok 5,01%, pandemi virus corona masih jadi penyebabnya

Senada, Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan buyback masih belum bisa menahan penurunan indeks karena kekhawatiran pasar terus meningkat. Dia juga memprediksi IHSG masih akan menyentuh level 4.690. Sehingga ke depan, mayoritas harga saham akan masih mengalami penurunan. “Investor tetap harus hati-hati karena buyback di saat kondisi masih panic selling harga bisa turun lagi,” jelas Sukarno.

Meski keduanya sepakat semua sektor bakal terhantam, prospek sektor barang konsumsi masih ditetapkan sebagai saham paling defensif. Sukarno berpendapat penurunan saham FAST dan ROTI tidak akan terlalu dalam.

Baca Juga: Pemerintah batalkan lelang debt switch, sinyal pasar SBN juga terganggu

Consumer goods juga berpeluang turun, tetapi cukup solid. Dalam kondisi ekonomi yang berat orang enggan bangun rumah tapi tidak akan enggan mengkonsumsi kebutuhan pokok,” kata Alfred.

Dus, momentum buyback tidak dapat dijadikan satu-satunya pertimbangan investor untuk melepas kepemilikan atau bahkan menambah kepemilikan di saham. Terutama untuk investor jangka panjang. Melepas di saat pasar jatuh terlalu dalam bukan merupakan keputusan yang bijak. Sebaliknya, apabila ingin masuk investor harus memperpanjang holding periods.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×