Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua hari ini, sudah ada 13 emiten yang mengumumkan buyback. Sebanyak lima emiten merupakan pelat merah yang bergerak di sektor konstruksi dan sisanya merupakan perusahaan swasta yang bergerak di sektor barang konsumsi, sawit, properti, batubara dan sekuritas.
Total dana maksimal yang digelontorkan mencapai Rp 4,11 triliun. Dua emiten dengan anggaran paling besar yaitu PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) yang menyiapkan dana maksimal Rp 1,05 triliun dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang menyiapkan dana Rp 1 triliun. Sementara itu emiten pelat merah rata-rata menganggarkan sebesar Rp 100 miliar–Rp 300 miliar.
Baca Juga: Anjlok 5,01%, IHSG masih berpeluang tertekan pada perdagangan Jumat (13/3)
Seperti diketahui, buyback saham dilakukan oleh beberapa emiten menyusul adanya surat edaran dari OJK yang melakukan relaksasi. Dalam surat edaran tersebut dijelaskan, melihat kondisi pasar di mana IHSG turun signfikan, bahkan per hari ini telah turun 22,28% year to date (ytd), emiten diperbolehkan buyback tanpa RUPS. Hal ini ditanggapi serius oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang langsung berkoordinasi dengan 12 emiten pelat merah.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memutuskan buyback dengan anggaran maksimal Rp 300 miliar lantaran harga sahamnya saat ini tak mencerminkan kondisi fundamental. Sekretaris Mahendra Vijaya memastikan transaksi buyback ini tak akan memengaruhi kinerja WIKA.
Di saat yang bersama Wijaya Karya juga tengah melakukan evaluasi saat ditanya soal rencana ekspansi apakah masih akan dilanjutkan atau ditunda terkait kondisi pasar yang sedang dalam tekanan saat ini. “Saat ini sedang kami evaluasi kondisinya,” kata Mahendra melalui pesan singkat kepada Kontan.co.id, Kamis (12/3).
Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) menyiapkan dana Rp 1 triliun untuk buyback
Direktur Keuangan PT PP Tbk (PTPP) juga mengatakan hal yang sama. Sejauh ini, kinerja operasional masih disesuaikan dengan rencana PTPP dan harus tepat waktu. Sehingga belum ada pengalihan dana apabila ada ekspansi atau proyek yang tak tergarap. “Kalau ada penyesuaian, ya, nanti lihat situasi dan kondisi,” jelas dia.
Meski sudah ada beberapa emiten mengatakan bakal buyback, IHSG terus merosot. Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, kondisi ini membuktikan bahwa pasar lebih fokus pada adanya potensi penurunan kinerja emiten karena faktor eksternal seperti status wabah corona menjadi pandemi.