Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
Selaras dengan hal ini, Analis Mirae Asset Sekuritas Rut Yesika Simak, mencermati bahwa tahun 2024 akan terus memberikan tantangan bagi emiten rokok, khususnya bagi produsen tier-1 dengan kontribusi Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang lebih kecil.
Hal itu karena kenaikan cukai rokok yang tidak sebanding dengan Upah Minimum Provinsi (UMP), sehingga dapat melanggengkan situasi downtrading yakni peralihan ke produk rokok yang lebih murah.
Tak hanya itu, segmen SKT dan produsen tier-2 juga diperkirakan masih akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan cukai yang relatif lebih kecil. Hal ini sejalan dengan kenaikan rata-rata pajak cukai sebesar 10% selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2023-2024.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) Garap Tol Kediri-Tulungagung, Nilai Investasi Rp 9,92 Triliun
Kendati begitu, dia memprediksi bahwa EBITDA dan laba bersih GGRM masih akan terus meningkat pada tahun 2024. Hal ini didorong oleh langkah-langkah efisiensi di berbagai bidang seperti pengeluaran Advertising & promotion (A&P) dan gaji.
“Namun, sayangnya peraturan pajak cukai yang baru dapat menghambat pertumbuhan pendapatan GGRM mulai kuartal kedua 2024 ini,” kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (24/4).
Rut merekomendasikan Trading Buy untuk GGRM dengan target harga Rp 20.400 per saham. Kemudian, Azis merekomendasikan wait and see terlebih dahulu.
Sedangkan Vera merekomendasikan netral saham GGRM dengan target harga Rp 19.675 per saham.
Selanjutnya: Atma Jaya Tetapkan Kampus BSD Education Excellece Buktikan Universitas Unggul
Menarik Dibaca: Whoosh Angkut 222.309 Penumpang Selama Periode Lebaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News