Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penerapan Cukai Hasil Tembakau (CHT) masih memberatkan bisnis produsen rokok tingkat 1 seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Sejumlah efisiensi pun dilakukan guna mengimbagi tergerusnya volume penjualan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rut Yesika Simak mengantisipasi bahwa tahun 2024 akan terus memberikan tantangan bagi emiten rokok, khususnya bagi produsen tier-1 dengan kontribusi Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang lebih kecil.
Hal itu karena kenaikan cukai rokok yang tidak sebanding dengan Upah Minimum Provinsi (UMP), sehingga dapat melanggengkan situasi downtrading yakni peralihan ke produk rokok yang lebih murah.
Selain itu, segmen SKT dan produsen tier-2 diperkirakan masih akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan cukai yang relatif lebih kecil. Hal ini sejalan dengan kenaikan rata-rata pajak cukai sebesar 10% selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2023-2024.
“Kami yakin kesenjangan yang semakin besar antara kenaikan UMP dan pertumbuhan cukai merupakan faktor yang berkontribusi signifikan. Kami berpendapat bahwa penyederhanaan struktur cukai akan berdampak positif pada pemain besar seperti GGRM,” ungkap Rut Yesika dalam risetnya tertanggal 4 Januari 2024.
Baca Juga: Masyarakat Cari Produk Rokok Lebih Murah, Simak Prospek Saham Gudang Garam (GGRM)
Rut meyakini, GGRM telah terdampak struktur kebijakan cukai, sebagaimana dibuktikan dengan peningkatan Margin Laba Kotor (GPM). Seperti diketahui, penerapan tarif cukai untuk 2023-2024 sebesar 10% memang sedikit lebih rendah daripada tingkat pandemi sebesar 12,5% pada tahun 2021 dan 12,0% pada tahun 2022.
Alhasil, GGRM mencatat peningkatan margin dari tahun ke tahun, namun mengalami penurunan secara kuartalan. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, Gross Profit Margin (GPM) GGRM tumbuh menjadi 14,0%, Operating Profit Margin (OPM) menjadi 7,3%, dan Net Profit Margin (NPM) menjadi 5,5%, dibandingkan dengan masing-masing 8,2%, 2,1%, dan 1,6% pada periode yang sama tahun 2022.
Rut menuturkan, peningkatan margin ini dapat dikaitkan dengan kombinasi beberapa faktor termasuk penurunan tarif cukai, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan pajak rokok, yang dipengaruhi oleh penurunan volume penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan penurunan beban operasional (opex).
Mirae Asset mengantisipasi bahwa EBITDA dan laba bersih GGRM akan terus meningkat pada tahun 2024, didorong oleh langkah-langkah efisiensi di berbagai bidang seperti pengeluaran Advertising & promotion (A&P) dan gaji. Namun, peraturan pajak cukai yang baru dapat menghambat pertumbuhan pendapatan GGRM mulai kuartal kedua 2024.
Sementara dalam jangka pendek, GGRM masih akan mendapatkan keuntungan dari pemilu mendatang dan diharapkan akan mendapatkan keuntungan mencapai pertumbuhan topline pada kuartal I-2024.
Pemerintah telah memutuskan untuk menerapkan kenaikan pajak cukai tembakau sebesar 10%. rokok pada tahun 2023 dan 2024. Besaran kenaikan tarif cukai akan bervariasi tergantung jenis rokoknya. Selain itu, akan ada kenaikan cukai rokok elektronik sebesar 15% dan kenaikan 6% kenaikan Produk Tembakau Lainnya (HPTL).
Penting untuk dicatat bahwa kenaikan pajak ini terutama menyasar rokok mesin (SKM), sedangkan rokok lintingan tangan (SKT) dikecualikan karena bersifat padat karya. Bagi GGRM, segmen SKM merupakan penopang top line dengan kontribusi sekitar 90%.
Oleh karena itu, volume penjualan SKM GGRM diperkirakan bakal lebih rendah. Asumsi volume penjualan untuk segmen SKT juga diprroyeksi rendah dengan tetap menjaga profitabilitas seiring dengan perbaikan yang dilakukan perusahaan.
Rut menambahkan, kemungkinan peningkatan laju inflasi juga berpotensi mendorong pemerintah mengerek suku bunga untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Pada akhirnya, kondisi ini akan berdampak pada volume penjualan GGRM seiring daya beli masyarakat akan menurun, khususnya untuk segmen SKM.
“Secara keseluruhan, perubahan volume penjualan telah menurunkan proyeksi pendapatan kami untuk GGRM pada tahun 2023 dan 2024. Namun, ke depan, kami masih yakin perusahaan dapat mempertahankan peningkatan margin profitabilitas untuk mengimbangi dampak penurunan volume penjualan,” imbuh Rut.
Adapun volume penjualan rokok GGRM tertinggal dibandingkan pertumbuhan industri. Volume penjualan GGRM turun sebesar 25%YoY per kuartal ketiga 2023. Sedangkan, volume penjualan industri rokok (untuk semua kategori rokok) masih turun sekitar 5% YoY, mencapai 219,1 juta batang selama Januari – September 2023.
Baca Juga: Geber Pembangunan Bandara Doho Kediri, Gudang Garam (GGRM) Suntik Modal Rp 1 Triliun
Rut merekomendasikan trading buy untuk GGRM dengan target harga lebih rendah Rp 24.500 per saham, dari sebelumnya Rp 30.000 per saham. Penyesuaian ini disebabkan oleh penjualan rokok segmen SKM yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal ketiga 2023, meskipun terdapat perbaikan pada margin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News