kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masyarakat Cari Produk Rokok Lebih Murah, Simak Prospek Saham Gudang Garam (GGRM)


Rabu, 07 Februari 2024 / 21:15 WIB
Masyarakat Cari Produk Rokok Lebih Murah, Simak Prospek Saham Gudang Garam (GGRM)
ILUSTRASI. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih akan menghadapi persaingan ketat di industri rokokKONTAN/Cheppy A. Muchlis/20/06/2019


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih akan menghadapi persaingan ketat di industri rokok. Daya beli masyarakat yang diperkirakan lebih rendah masih akan menggiring konsumsi ke produk rokok lebih murah atau disebut downtrading.

Analis Trimegah Sekuritas Ignatius Samon mengamati, tantangan pangsa pasar dan profitabilitas GGRM masih berlanjut hingga kuartal ketiga 2023. GGRM melaporkan pendapatan kuartal ketiga 2023 sebesar Rp 1,2 triliun yang turun 12% secara kuartalan (QoQ), namun bertumbuh 116% secara tahunan (YoY).

Capaian tersebut membawa pendapatan GGRM menjadi sebesar Rp 4,5 triliun selama periode Januari - September 2023, melonjak 198% YoY dan telah mencapai sekitar 70% dari konsensus.

Baca Juga: Kinerja Gudang Garam (GGRM) Masih Tertekan Cukai di 2024, Cek Rekomendasi Analis

Hanya saja, penurunan penjualan terus terjadi sebesar -1%qoq pada kuartal ketiga 2023. Kinerja ini lebih buruk daripada industri, yang mengalami peningkatan volume sebesar 8% selama periode yang sama, sehingga menunjukkan hilangnya pangsa pasar GGRM.

Adanya penurunan laba kotor GGRM pada kuartal ketiga sekitar 20bps qoq turut diwaspadai bahwa pelanggan mungkin beralih ke produk GGRM dengan margin lebih rendah. Situasi ini bisa berdampak pada profitabilitas GGRM secara keseluruhan.

“Hilangnya pangsa pasar di tengah lanskap industri saat ini tetap menjadi tantangan bagi GGRM,” ungkapnya dalam riset 7 Desember 2023 lalu.

Walaupun demikian, Ignatius tetap percaya pada profil GGRM yang dapat didukung beberapa faktor untuk mencapai pertumbuhan diantaranya kenaikan cukai sebesar 10%YoY di tahun 2024 memberikan visibilitas biaya masuk yang lebih baik.

Kemudian belanja pemilu dan pencairan bantuan sosial dapat mendukung bisnis GGRM. Secara historis, GGRM mendapat manfaat yang lebih besar dibandingkan perusahaan sejenis selama momentum pemilu.

Ignatius turut melihat hampir rampungnya Bandara Kediri dan kebutuhan belanja modal yang relatif terbatas membiayai untuk proyek jalan tol, memberikan ruang arus kas yang lebih baik. GGRM juga tampak menarik karena menawarkan dividen yield sekitar 11%.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Trimegah Sekuritas menyesuaikan perkiraan laba bersih sebesar Rp 5.89 triliun untuk setahun penuh 2023. Proyeksi ini mewakili pertumbuhan sebesar 112% YoY dari basis rendah tahun lalu, namun lebih rendah sebesar 7% dari perkiraan awal seiring kinerja GGRM yang lebih buruk dibandingkan industri.

Baca Juga: Geber Pembangunan Bandara Doho Kediri, Gudang Garam (GGRM) Suntik Modal Rp 1 Triliun

Dengan demikian, laba bersih GGRM kuartal IV-2023 diperkirakan sekitar Rp 1,44 triliun yang diperkirakan tumbuh 23% qoq. Optimisme ini karena memperhitungkan faktor musiman yang lebih tinggi di akhir tahun, serta dampak awal dari belanja pemilu dan bantuan sosial.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengatakan, pertumbuhan volume penjualan rokok sebelum periode pemilu hanya terlihat pada tahun 2014. Sementara pada pemilu tahun 2019, industri rokok diyakini tengah menghadapi dinamika yang berbeda dengan tarif cukai yang lebih tinggi, mendorong pertumbuhan penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM) Full Flavour yang lebih tinggi.

Bagi GGRM, volume penjualan pada 2014 dan 2019 menunjukkan pertumbuhan positif masing-masing 5,3% yoy dan 12,6% yoy. Ini dapat dikaitkan dengan GGRM yang mempunyai produk SKM Full Flavour yang kuat, sehingga peralihan ke produk SKM Full Flavor menopang pertumbuhan GGRM selama periode tersebut.

Namun, Natalia melihat, penjualan GGRM mungkin akan berbeda di pemilu tahun 2024. Pasalnya, kondisi downtrading atau peralihan ke produk dengan harga lebih terjangkau masih bakal terjadi. Oleh karena itu, situasi downtrading semestinya menguntungkan produsen rokok di bawah tier-1 atau yang berfokus pada segmen Sikaret Kretek Tangan (SKT).

“Dengan berlanjutnya downtrading, kami yakin produsen rokok dengan kategori di bawah Tier-1 akan menjadi penerima manfaat dari perputaran uang yang lebih tinggi dari pemilu,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/2).

Natalia menjelaskan bahwa penurunan perdagangan rokok akan terus berlanjut, sejalan dengan upah minimum provinsi (UMP) yang rendah pada tahun 2024. Daya beli masyarakat diperkirakan akan tetap lemah mengingat rata-rata kenaikan upah minimum hanya sebesar 4%.

Perhatikan bahwa pertumbuhan upah minimum per tahun (CAGR) selama tahun 2017-2022 sebesar 5,7%, namun kenaikan tarif cukai SKM CAGR sekitar 13,2% pada periode yang sama. Di mana, pangsa pasar SKM sekitar 70-75% dari total pangsa pasar industri rokok.

Kendati demikian, Natalia tetap optimistis terhadap emiten sektor tembakau seperti GGRM. Potensi perputaran uang yang lebih tinggi selama semester pertama 2024 dapat menopang daya beli dan volume rokok, ditambah dengan ekspektasi imbal hasil dividen yang tinggi bakal memberikan keuntungan bagi saham-saham rokok di masa depan.

Dia menyebutkan, kemungkinan katalis di masa depan adalah perubahan peraturan yang mengarah pada kesetaraan. Beberapa diskusi telah dilakukan sehubungan dengan reformasi cukai pada tahun 2024 mengenai rokok dan objek pajak baru termasuk plastik dan minuman manis, mengingat tidak efektifnya kebijakan saat ini dalam mengurangi prevalensi perokok dan ketidakmampuan untuk mencapai target penerimaan pajak.

Menurut BRI Danareksa Sekuritas, jika pemerintah mempersempit diskon tarif antara produsen rokok kategori tier 1 dan sub tier-1, hal ini akan semakin mengekang konsumsi rokok serta mendukung pencapaian penerimaan pajak ke depan.

Upaya lebih lanjut untuk memberantas rokok ilegal juga akan mendukung pencapaian penerimaan cukai dan menciptakan kesetaraan dalam industri rokok, sehingga berpotensi menguntungkan emiten rokok seperti HSMP dan GGRM.

Natalia merekomendasikan Beli untuk GGRM dengan target harga sebesar Rp 24.000 per saham karena mempertimbangkan valuasi yang menarik, imbal hasil dividen tinggi sekitar 11%, serta laba bersih yang diproyeksi kuat. Sementara, Ignatius menyarankan Beli untuk GGRM dengan target harga sebesar Rp 26.000 per saham.
 

Selanjutnya: Modifikasi Murah Meriah ala Vario 125, Tampil Keren Tanpa Menguras Kantong

Menarik Dibaca: Penuh Kriminalitas, Ini 6 Rekomendasi Dokumenter True Crime Netflix

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×