kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tertekan 3,76% di minggu lalu, bagaimana nasib rupiah pekan depan?


Minggu, 15 Maret 2020 / 08:30 WIB
Tertekan 3,76% di minggu lalu, bagaimana nasib rupiah pekan depan?


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan rupiah masih berlanjut hingga penutupan pasar akhir pekan lalu. Berdasar pasar spot Jumat (13/3), rupiah melemah 1,76%. Dalam sepekan, rupiah spot melemah 3,76% ke Rp 14.778 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah spot menyentuh level terlemah sejak November 2018.

Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwy Assegaf menilai, merosotnya rupiah pekan lalu disebabkan oleh kepanikan pasar yang begitu tinggi akibat wabah virus corona. Jumlah korban yang terinfeksi di luar China pun semakin meningkat. 

Baca Juga: Redam Penurunan IHSG, Dana Pensiun Masuk Pasar Mulai Pekan Depan

Itu berbanding terbalik dengan China yang telah berangsur pulih. Kabar teranyar datang dari Pemerintah Italia yang telah mengisolasi total seluruh wilayah.

Keadaan pasar semakin parah setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan larangan untuk wisatawan luar Amerika Serikat, khususnya Eropa. Dengan adanya larangan itu, aktivitas bisnis pun kena imbas.

Sektor pariwisata dan penerbangan berpotensi untuk alami kerugian akibat pembatasan tersebut. “Di satu sisi, adanya perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia kian membuat pelaku pasar semakin panik,” kata Alwy.

Kondisi tersebut membuat pelaku pasar cenderung mengamankan aset-aset berisikonya. Rupiah dianggap sebagai aset berisiko yang memiliki imbal hasil yang tinggi. Sehingga, di tengah kondisi yang tak kondusif, pelaku pasar cenderung menghindari rupiah.

Baca Juga: Terus Melemah Akibat Efek Virus Corona, Begini Prediksi Kurs Rupiah ke Depan

Mengacu kondisi saat ini, World Health Organization (WHO) telah menyatakan wabah virus corona sebagai pandemic global. Wabah yang telah tersebar sejak akhir tahun lalu ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian global. 

Untuk menghadapi kondisi tersebut, berbagai negara melalui bank sentralnya masing-masing telah berupaya menggelontorkan stimulus kepada pasar.

Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah menyiapkan beberapa kebijakan fiskal. Salah satunya memberikan fasilitas penundaan pajak. 

Alwy melihat kondisi fundamental Indonesia yang relatif cukup baik belum bisa menandingi derasnya sentimen negatif akibat virus corona. Imbasnya, rupiah pun merosot. Padahal, pemangkasan suku bunga bulan Februari telah dilakukan oleh Bank Indonesia.

Baca Juga: Punya obligasi jatuh tempo triliunan pada 2020, begini kesiapan tiga emiten telko

Kondisi cadangan devisa Indonesia yang baik juga belum bisa menahan turunnya rupiah. “Sentimen positif dari pemerintah tertutupi oleh dampak persebaran virus corona yang masif,” kata Alwy.

Ke depan, rupiah masih akan tertekan. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pekan depan dinilai dapat membatasi pelemahan rupiah. Meski begitu, Alwy menilai upaya itu hanya berlangsung sementara. Pasalnya, virus corona belum menunjukkan tanda-tanda usai.

Apabila telah mereda, Alwy memprediksi dampak virus corona masih akan dirasakan oleh Indonesia. Imbas dari wabah virus corona tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I sehingga akan mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan. “Jika PDB kuartal I melambat, penyebabnya adalah efek virus corona,” kata Alwy.

Di samping itu, data perdagangan Indonesia yang dijadwalkan rilis pekan depan akan turut berdampak pada rupiah dalam jangka pendek. Pasalnya, Alwy menilai hasil data perdagangan Indonesia kemungkinan akan menjadi batu sandungan bagi rupiah.

Baca Juga: Dampak negatif virus corona masih akan menekan kurs rupiah

Alwy justru melihat sentimen positif akan datang dari sisi dolar AS. Kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga akan menjadi pendorong rupiah untuk naik.

Melihat kondisi itu, Alwy menghitung rupiah di kuartal I akan bergerak di rentang Rp 14.585 per dolar AS–Rp 15.000 per dolar AS. Sementara, di akhir tahun diprediksi akan bergerak di kisaran Rp 14.130 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×