Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Menurut Vinko, emiten yang mengandalkan pasar domestik dapat diuntungkan oleh kenaikan harga CPO. Program B35-B40 yang meningkatkan kebutuhan CPO untuk biodiesel juga menjadi potensi positif.
Di sisi produksi, meskipun memasuki musim panen, emiten harus menghadapi kemungkinan La Nina yang dapat mempengaruhi produksi. Vinko menyatakan, "Jika La Nina bersifat moderat, maka akan berdampak positif pada peningkatan produksi sawit."
Kinerja saham emiten CPO mencerminkan ekspektasi pasar terhadap sentimen harga CPO dan kebijakan pemerintah. Menurut data RTI, saham TAPG naik 70,64% year-to-date (YTD), SGRO naik 2,99% YTD, dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meningkat 98,2% YTD. Namun, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatat penurunan masing-masing 3,6% YTD dan 3,56% YTD.
Baca Juga: Produksi TBS Astra Agro Lestari (AALI) Capai 2,1 Juta Ton hingga Juli 2024
Vinko menekankan pentingnya perhatian investor terhadap emiten yang siap menghadapi kebijakan pemerintah terkait biodiesel dan efisiensi biaya operasional. Ia merekomendasikan buy on weakness untuk TBLA dengan target harga Rp 700 – Rp 710 per saham.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Yasmin Soulisa, memproyeksikan harga CPO global di tahun 2024 akan stabil di level MYR 4.100 per ton dan memperkirakan pertumbuhan pendapatan emiten sebesar 25,5% YoY. Tahun 2025, penggunaan biofuel diharapkan mendorong pertumbuhan konsumsi minyak sawit.
Yasmin merekomendasikan beli untuk AALI, DSNG, dan TAPG dengan target harga masing-masing Rp 7.600, Rp 1.290, dan Rp 1.030 per saham. "Pohon kelapa sawit muda mereka menjanjikan pertumbuhan hasil yang lebih cepat," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News