Sumber: KONTAN |
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus mematangkan rencananya untuk menerbitkan surat utang. Manajemen perusahaan tambang batubara itu akan menerbitkan surat utang jenis senior notes dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) melalui anak usahanya PT Adaro Indonesia. Obligasi ini akan mendapat jaminan penuh dari ADRO.
Manajemen Adaro menyatakan sudah menunjuk tiga underwriter untuk membantu pelaksanaan penerbitan obligasi itu. Ketiganya adalah Credit Suisse Securities Limited, DBS Bank Ltd, dan UBS AG. "Rencananya, penerbitan obligasi itu akan kami realisasikan dalam waktu dekat, dengan mempertimbangkan kondisi pasar keuangan," kata Christian Ariano Rachmat, Wakil Presiden Direktur ADRO kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat akhir pekan lalu (2/10).
Christian tak menyebutkan nilai penerbitan obligasi itu. Dia hanya menyatakan, surat utang Adaro itu tidak akan mereka tawarkan kepada investor publik di Amerika Serikat (AS). Adaro akan memaparkan obligasi itu lebih rinci jika sudah merampungkan seluruh persyaratan dan kondisi bagi penerbitan obligasi itu.
Menurut kabar yang sampai ke KONTAN, Adaro akan melepas obligasi bertenor lima tahun senilai US$ 500 juta (KONTAN, edisi 1 Oktober 2009).
Rating Moody's
Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service pekan lalu juga telah memberi peringkat Ba1 dengan outlook stabil bagi calon obligasi Adaro Indonesia. Dalam siaran persnya, Vice President Moody's Laura Acres menyatakan, profil operasional dan finansial Adaro meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena ada usaha untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya-biaya. "Kekuatan itu terlihat dalam profil likuiditasnya," tulisnya.
Peringkat obligasi Adaro tersebut merefleksikan statusnya sebagai produsen dan eksportir batubara dengan biaya terendah di dunia dan memiliki konsesi yang panjang hingga tahun 2022. Perusahaan batubara ini juga memiliki basis konsumen yang memiliki catatan pembayaran bagus.
Namun Moody's memberi catatan bagi Adaro. Misalnya, ADRO kurang mendiversifikasi usaha karena Adaro hanya memiliki satu produk dan lokasi tambang batubara.
Senior Vice President Indomitra Securities David Fernandus menilai, penerbitan obligasi itu akan berdampak positif bagi kas ADRO. Emiten ini memiliki pendanaan cukup untuk mendukung aksi korporasinya. ADRO misalnya, lebih mudah membeli tambang batubara BHP Billiton di Maruwai, Kalimantan Tengah.
David memperkirakan, obligasi ADRO akan laku jika memberikan imbal hasil memikat. "Bila ADRO menawarkan kupon seperti Bumi Resources (BUMI) untuk pinjamannya ke CIC sebesar 12% per tahun, obligasinya pasti laku," ujar David.
Selain berancang-ancang menerbitkan obligasi, ADRO juga tengah mengajukan proposal kepada sekitar 11 institusi perbankan guna memperoleh pinjaman senilai US$ 500 juta. Mereka adalah DBS, Australia & New Zealand (ANZ) Banking Group Ltd, Bank Mandiri, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd, BNP Paribas S.A, Chinatrust Commercial Bank Corp, HSBC Holdings Plc, Oversea-Chinese Banking Corporation, Standard Chartered Plc, Sumitomo Mitsui Financial Group Inc, dan United Overseas Bank.
Kabar terakhir, para calon kreditur itu telah menyetujui permintaan pinjaman ADRO. Adaro pun menyatakan kesanggupannya untuk membayar bunga 3,5%-4% di atas suku bunga acuan London Interbank Offered Rate (LIBOR) per tahun.
David menilai tingkat rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) ADRO saat ini masih di bawah satu kali. Dus, kalaupun mereka mencari utang baru, rasio utang Adaro masih dalam batas aman.
Pada penutupan transaksi bursa Jumat lalu (2/10), harga saham ADRO berakhir di posisi Rp 1.400 per saham. Harga tersebut melorot 1,41% dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang berada di level Rp 1.420 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News