Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Adapun ketahanan bullish sangat bergantung pada dua skenario yang terjadi ke depan. Pertama, akibat kenaikan sentimen lindung nilai atau safe haven, tren harga perak bisa terus mengikuti harga emas. Bahkan ada ruang kenaikan selama pandemi atau paling tidak hingga anti-virus ditemukan.
Untuk saat ini ada berita bahwa pihak Rusia telah menemukan vaksin, sehingga perlu diwaspadai pergerakannya bisa memicu koreksi sewaktu-waktu.
Kedua adalah ketika industri mulai kesulitan melakukan pembelian perak di tengah masih rendahnya kemampuan konsumen untuk menyerap barang jadi. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat membuat harga perak perlahan-lahan terkoreksi.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi neraca dagang Juli 2020 surplus US$ 1,24 miliar
Ke depan, Nikolas memandang baik emas dan perak sama menariknya. Untuk emas, karena harga sudah sempat menembus level tertinggi tapi sentimen global yang disuntikkan ke harga emas belum selesai. Alhasil, peluang terjadi koreksi cukup dominan pada harga emas dan mungkin bisa dimanfaatkan, terutama karena nilai emas sendiri yang tidak terkikis setiap tahunnya.
Sedangkan untuk perak, kenaikan yang terjadi baru dan menembus level penting sejak 2017, tengah mengarahkan harga perak menuju level resistannya di kisaran US$ 35 per ons troi. "Tren harga perak terlihat masih memiliki ruang yang cukup untuk berkembang meski masih perlu diwaspadai koreksi-koreksi yang bisa terjadi," jelasnya.
Hingga akhir tahun, harga perak diprediksi menuju kisaran US$ 34 per ons troi hingga US$ 36 per ons troi, syaratnya selama dalam tren bullish atau pandemi masih berlanjut. Sebaliknya, jika tidak ada sentimen tambahan harga perak bisa saja konsolidasi di kisaran US$ 21 per ons troi hingga US$ 22 per ons troi.