kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tempuran Emas gagal memenuhi syarat utang


Jumat, 06 Juli 2018 / 07:30 WIB
Tempuran Emas gagal memenuhi syarat utang


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS) gagal memenuhi salah satu syarat utang. Hal ini terjadi akibat masih belum kondusifnya iklim industri perkapalan.

Syarat yang dimaksud adalah syarat pinjaman senilai Rp 168 miliar dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), yang diperoleh tahun lalu. Dalam perjanjian pinjaman yang bertenor hingga 2022 itu, TMAS wajib menjaga rasio lancar minimal 1 kali. Tapi, rasio lancar TMAS hanya 0,47 kali. Meski gagal memenuhi syarat, TMAS  memperoleh pengecualian syarat atawa waiver.

Tingginya harga minyak membuat beban jasa TMAS kuartal I-2018 naik hampir 50% menjadi Rp 535,86 miliar. Alhasil, kemampuan TMAS menciptakan pundi keuangan dari aset produksinya berkurang.

Hal inilah yang membuat rasio lancar TMAS tidak memenuhi syarat. Tapi Corporate Secretary TMAS Marthalia Vigita mengatakan, perusahaan berkomitmen menghapus status tersebut. "Akan kami kejar dengan meningkatkan volume pelayaran dan efisiensi," imbuhnya kepada KONTAN, Kamis (5/7).

Banting harga

Strategi efisiensi mulai direalisasikan melalui trayek tol laut T-11 rute Surabaya-Nabire-Serui-Wasio. TMAS memenangi tender ini pada April lalu mengalahkan dua kompetitor lainnya.

Kemenangan diperoleh setelah TMAS hanya meminta subsidi Rp 1.500 dari plafon subsidi yang tersedia, sekitar Rp 20 miliar. Sementara, kedua kompetitor lain meminta subsidi antara Rp 6 miliar hingga Rp 16 miliar.

Manajemen tak menampik strategi itu membuat laba bersihnya tertekan. Tapi, strategi itu secara tidak langsung memunculkan penghematan biaya kapal dengan adanya fasilitas kepastian sandar.

"Rata-rata penghematan setiap round trip itu empat hari dikalikan dengan biaya perjalanan kapal," tutur Marthalia.

Namun, manuver yang dilakukan TMAS mendapat kritik. Keberanian TMAS mengambil subsidi yang kecil dinilai membuat industri perkapalan menjadi tidak sehat.

Direktur PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) Bani M. Mulia mengatakan, tidak masalah jika perusahaan punya keunggulan finansial sehingga berani mengambil subsidi yang kecil. Tapi, kalau sebenarnya tahu itu tidak efisien, maka itu menjadi tidak sehat. "Mereka rela banting harga supaya tidak ada kompetitor yang masuk, itu sudah tidak sehat," imbuh dia.

Meski demikian, SMDR tak mau ambil pusing dengan hal tersebut. "Perairan Indonesia masih luas," tambah Bani.

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas bilang, tantangan sektor perkapalan bukan hanya di sisi industri. Tantangan juga datang dari rendahnya likuiditas saham.

”Saya memilih tidak memberi rekomendasi untuk pelayaran dan saham TMAS,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×